Jateng
Selasa, 23 Januari 2018 - 07:50 WIB

DEMO PETANI : Petani Pati Unjuk Rasa Tolak Beras Impor

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan petani dari Sukolilo berunjuk rasa di Alun-Alun Pati, Jateng, Senin (22/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Demonstrasi atau aksi unjuk rasa digelar para petani Pati, Jawa Tengah (Jateng) untuk menolak beras impor.

Semarangpos.com, PATI — Ratusan petani dari Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng), Senin (22/1/2018), menggelar aksi unjuk rasa untuk menolak kebijakan pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo melakukan impor beras. Demo petani Pati itu dipicu kekhawatiran beras impor bakal menurunkan harga jual beras di pasaran sehingga merugikan petani saat musim panen.

Advertisement

Demo petani menolak beras impor itu digelar di Alun-Alun Pati. Dalam aksi unjuk rasa itu, para petani mengusung sejumlah poster yang antara lain bertuliskan, “Ada apa di balik impor beras?”, “Petani Kecamatan Sukolilo tolak impor beras”, “Ayo ramai-ramai tolak kebijakan yang menyengsarakan petani”.

“Kami sangat khawatir jika kebijakan impor benar-benar direalisasikan karena saat ini tengah memasuki musim panen,” kata Sukardi, salah seorang petani peserta aksi tersebut. Menurut dia, pemerintah seharusnya berpihak kepada petani karena pemerintah juga menginginkan terwujudnya swasembada beras.

Beredarnya informasi soal wacana impor, kata dia, bisa membuat tekanan psikologis kepada tengkulak beras sehingga mereka juga bisa menurunkan tawaran harga jual gabah petani dengan alasan karena adanya kebijakan impor beras yang biasanya diikuti penurunan harga jual beras.

Advertisement

Tanpa harus melalui impor, tutur dia, ketika memasuki panen raya, harga jual gabah secara otomatis juga akan turun secara bertahap. Ia berharap pemerintah meninjau kembali kebijakan impor beras karena dengan alasan apa pun waktunya tidak tepat karena petani sedang mengawali musim panen.

Bambang, petani lainnya, menambahkan bahwa Kabupaten Pati tidak membutuhkan adanya impor beras karena menjadi salah satu daerah penyangga pangan di Jateng. Untuk Kecamatan Sukolilo saja, papar dia, hasil panennya bisa mencapai 80.000 ton gabah kering panen.

“Jika Pemerintah memaksakan mengimpor beras, lantas beras yang dihasilkan petani hendak dijual ke mana?” ujarnya. Para pengunjuk rasa juga meminta Pemkab Pati menyampaikan aspirasi petani dari Kecamatan Sukolilo itu kepada pemerintah pusat bahwa petani kini resah dengan kebijakan impor beras.

Advertisement

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Pati Ali Badruddin saat menemui pengunjuk rasa menyatakan dukungannya terhadap petani untuk menolak kebijakan impor beras yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan. Asisten II Sekda Pati Edi Sulistyono juga menyatakan penolakannya terhadap wacana kebijakan impor beras karena petani tengah memasuki musim panen.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati, tingkat produksi beras di daerah ini selama 2017 mencapai 396.748 ton atau surplus 283.164 ton karena tingkat konsumsi beras sebanyak 113.584 ton.

Edi Sulistyono menyebutkan tingkat konsumsi beras setiap keluarga per kapita per tahunnya kini mencapai 88,74 kg, sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Pati sebanyak 1,279 juta jiwa sehingga total konsumsi beras sebanyak 113.584 ton. Sementara itu, luas panen di daerah ini seluas 108.834 hektare dengan tingkat produktivitas 57,67 kuintal dari setiap hektare sawah.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif