News
Minggu, 21 Januari 2018 - 21:00 WIB

Pengamat Khawatir Impor Beras Dimanfaatkan untuk Dana Politik

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Polisi anggota Satgas Mafia Pangan Polres Salatiga melakukan sidak harga beras di Pasar Blauran, Salatiga, Jateng, Jumat (12/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

Pengamat dari Indef mengkhawatirkan potensi impor beras digunakan sebagai alasan mengumpulkan dana politik.

Solopos.com, JAKARTA — Pengamat menghawatirkan impor beras digunakan sebagai alasan untuk mengumpulkan dana politik. Ekonom Institute for development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan ada keuntungan yang didapat importir dari transaksi tersebut.

Advertisement

“Jadi jangan sampai kejadian seperti jual beli daging sapi pada masa President Susilo Bambang Yudhoyono dulu, rentenya banyak sekali di situ, dan ini yang harus hati-hati” katanya kepada Bisnis/JIBI, Jumat (19/1/2018).

Menurut perhitungan, jika margin dari transaksi impor tersebut adalah Rp1.000/kg, maka akan terkumpul dana keuntunga Rp500 miliar. Di samping itu, keuntungan juga bisa muncul jika nantinya harga jual beras impor tersebut di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

“Uang yang paling gampang itu ya uang dari impor. Ini adalah satu fakta jangan sampai impor ini disalahgunakan oknum-oknum untuk meminta rente,” katanya. Baca juga: Impor Beras Masif, Neraca Perdagangan Indonesia Terancam Defisit.

Advertisement

Walaupun, Bhima sendiri mengakui dirinya bukan pengamat politik, tetapi menurutnya, isu impor beras harus menjadi perhatian semua masyarakat.

Sebelumnya, akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi angkat bicara terkait keputusan pemerintah untuk membuka keran impor sebesar 500.000 ton yang diestimasi akan tiba pada akhir Januari 2018. Dia menilai ada kejanggalan harga beras yang berujung kebijakan impor.

Jika tujuan pemerintah adalah mengendalikan harga beras medium, Prima mempertanyakan kenapa yang diimpor justru beras khusus yang baru akan tiba pada akhir Januari. Sementara itu, pengendalian harga diperlukan pekan ini.

Advertisement

“Impor beras sudah telat, karena bertepatan dengan mulai panen raya padi,” kata Prima yang merupakan dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB, Jumat (12/1/2018).

Dia menilai terjadi kejanggalan harga beras pada awal 2018, salah satunya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Mengutip data online yang dirilis PIBC pada 3 Januari 2018, Prima menyebutkan harga beras termurah yang dikenal sebagai beras Operasi Pasar yaitu IR-64 III masih Rp7.800 per kg. Harga itu stabil sejak 9 November 2017 hingga 3 Januari 2018.

“Tapi tiba-taba pada 3-4 Januari naik tinggi Rp8.40/kg, setelah itu pada 5-8 Januari menjadi Rp8.800/kg, terus 9-12 Januari menjadi 8.900/kg. Sementara itu, stok beras harian PIBC pada periode tersebut di atas normal yaitu berkisar 32.001 – 47.013 ton. Artinya pasokan tidak ada masalah tapi harga naik. Justru ini sumber masalahnya,” tambahnya. Baca juga: Kemendag Ingin Impor Beras, Mentan Bantah Kekurangan Stok.

Advertisement
Kata Kunci : BERAS IMPOR Impor Beras
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif