Soloraya
Minggu, 21 Januari 2018 - 11:25 WIB

BENCANA SRAGEN: Fondasi Tergerus Arus Sungai, 2 Rumah di Masaran Sragen Nyaris Roboh

Redaksi Solopos.com  /  Farida Trisnaningtyas  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah milik Suwarno, 56, di Dukuh/Desa Sidodadi, Masaran, Sragen, nyaris roboh lantaran fondasi rumah itu tergerus arus Sungai Grompol, Sabtu (20/1/2018). (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

Dua rumah warga Dukuh Sidodadi, Desa Sidodadi, RT 012, Kecamatan Masaran, Sragen, nyaris roboh karena tergerus arus sungai.

Solopos.com, SRAGEN—Dua rumah milik Suwarno, 56, dan Tugiman, 63, warga Dukuh Sidodadi, Desa Sidodadi, RT 012, Kecamatan Masaran, Sragen, nyaris roboh lantaran fondasi rumah habis tergerus arus Sungai Grompol selama dua hari terakhir, Jumat-Sabtu (19-20/1/2018).

Advertisement

Bangunan dapur milik Suwarno hampir roboh lantaran tanah di bawahnya longsor setinggi 7 meter dan selebar 100 meter, Sabtu (20/1/2018) pukul 00.00 WIB. Sejumlah perabot rumah tangga rusak dan terjatuh ke dasar Sungai Grompol. (baca: BENCANA SRAGEN : Tanah Pungkruk Jenar Retak dan Ambles sepanjang 200 Meter)

“Peristiwa itu terjadi saat tidak ada hujan. Hujan deras yang mengguyur pada Kamis (18/1/2018) malam tidak sampai menggerus tanah di bawah fondasi dapur. Tapi pada Sabtu dini hari itu, saya mendengar suara gemuruh dari kamar tempat saya dan keluarga tidur. Setelah pagi harinya saya lihat, bagian dapur sudah ambrol dan fondasinya menggantung,” ujar Suwarno saat berbincang dengan wartawan di kediamannya, Sabtu siang.

Advertisement

“Peristiwa itu terjadi saat tidak ada hujan. Hujan deras yang mengguyur pada Kamis (18/1/2018) malam tidak sampai menggerus tanah di bawah fondasi dapur. Tapi pada Sabtu dini hari itu, saya mendengar suara gemuruh dari kamar tempat saya dan keluarga tidur. Setelah pagi harinya saya lihat, bagian dapur sudah ambrol dan fondasinya menggantung,” ujar Suwarno saat berbincang dengan wartawan di kediamannya, Sabtu siang.

Suwarno langsung memotong konstruksi cor beton yang menyambung ke bangunan utama. Langkah itu dilakukan Suwarno untuk jaga-jaga bila ada longsoran tanah lagi supaya bangunan utama tidak ikut roboh.

“Dulu tanah di belakang rumah itu sepanjang 15 meter sampai bibit sungai. Kini, bibir sungai sudah ada di bagian dapur,” katanya.

Advertisement

Ia kemudian menutup lubang besar di kandang kambing itu dengan anyaman bambu seadanya. Di bagian bawah dibuat beberapa pancang dari pangkal bambu untuk menahan tanah supaya tidak longsor lagi.

“Kalau di belakang rumah saya itu terjadi pada Jumat (19/1/2018) pukul 03.00 WIB. Saya tidak mendengar suara gemuruh. Beberapa waktu lalu, tanah di belakang rumah masih lebar. Saat hujan deras tanah itu berjalan sendiri dan turun terbawa arus sungai. Sekarang sudah tidak ada tanah lagi di belakang rumah,” kata Tugiman.

Suwarno dan Tugiman sempat ayem dan tenang saat ada 70-80 truk dump menumpahkan material batu di pinggir Sungai Grompol pada medio 2017. Mereka mendapat kabar bila batu-batu itu akan ditata dengan kawat bronjong untuk membuat talut di tebing sungai.

Advertisement

“Waswas kami saat itu bisa hilang. Anehnya, hal itu hanya sebulan. Batu-batu yang sudah siap dikerjakan untuk talut itu tiba-tiba diangkut kembali dengan truk dengan alasan kualitas batunya buruk. Perasaan ayem tadi menjadi waswas lagi hingga sekarang karena belum ada perhatian dari pemangku kepentingan atas anak Sungai Bengawan Solo itu,” ujar Tugiman yang diamini Suwarno.

Tugiman mencatat selain Suwarno masih ada enam warga lainnya yang terancam gerusan arus Sungai Grompol, yakni Tarom, Purwanto, Agus, Juned, Dasto, dan Harno, yang juga warga RT 012.

Sementara itu, Kades Sidodadi, Ngatimin, dan Plt Camat Masaran, Ancil Sudarto, sempat mendata warga yang terdampak gerusan arus Sungai Grompol. Ancil yang juga Sekretaris Kecamatan Masaran itu segera membuat laporan ke Bupati Sragen terkait dengan bencana alam itu.

Advertisement

“Kami berharap Pemkab Sragen bisa memfasilitasi bantuan dari pemangku kepentingan atas Sungai Grompol itu,” ujarnya.

Tim SAR dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI), dan Poldes Masaran sudah menyurvei bencana itu. Mereka belum bisa berbuat banyak karena belum ada material untuk menahan longsor.

Advertisement
Kata Kunci : Bencana Sragen
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif