Jogja
Jumat, 19 Januari 2018 - 20:55 WIB

TANAMAN LANGKA : Buah dari Surga Pelawan Kanker Ada di Gunungkidul

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Budi Kuncoro saat memperlihatkan buah gac yang dikembangkan di wilayah Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Jumat (19/1).(David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Buah dari surga diketahui memiliki kandungan yang dapat mengurangi sel kanker.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Warga Desa Siraman, Kecamatan Wonosari mulai mengembangkan Gac, buah langka yang dijuluki buah dari surga. Untuk saat ini, buah dengan nama latin Momordic cochonchinensis banyak dikembangkan di wilayah Vietnam dan Thailand.

Advertisement

Buah gac menurut para ahli memiliki kandungan vitamin A sepuluh kali dibandingkan wortel dan buah lainnya. Buah ini termasuk langka dengan bagian luarnya berwarna oranye kemerahan, dengan duri tumpul yang memenuhi permukaan buah. Saat dibuka, bagian dalamnya mirip markisa namun berwarna merah darah seperti buah naga.

Pembudidaya buah gac, Budi kuncoro mengatakan buah ini termasuk langka karena belum banyak dikembangkan di Indonesia. Menurut dia, pohon buah ini merambat seperti anggur dengan masa panen setiap empat bulan sekali. “Saya tertarik karena di Indonesia masih sebatas penikmat. Untuk bibitnya, saya beli melalui situs online,” kata Budi kepada wartawan, Jumat (19/1/2018).

Dia menjelaskan, buah Gac dikenal sebagai buah dari surga dan banyak dikembangkan di Vietnam, Thailand, serta sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara. Untuk harga buah terhitung mahal karena saat dijadikan jus per liternya dihargai Rp150.000. “Buah ini dipercaya dapat mengurangi sel kanker di tubuh manusia,” kata Tenaga Harian Lepas di Dinas Pertanian dan Pangan ini.

Advertisement

Menurut Budi, pengembangan buah gac tak terlalu sulit. Ini lantaraan kontur tanah tipis di Gunungkidul bisa digunakan untuk budidaya dengan baik. Setiap kali menanam, harus ditanam empat sampai lima pohon dengan tujuan untuk mengawinkan antara bunga jantan dan betina. “Penyerbukan buah ini harus dilakukan secara manual dengan mempertemukan antara buah jantan dan betina,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dilakukan saat penamaan buah karena harus digosok-gosok terlebih dahulu bijinya. Sebab jika tidak digosok, proses tumbuhnya kecambah baru akan muncul dalam rentang waktu enam bulan. “Untuk saat ini proses budidaya terhitung sukses. Namun untuk buahnya belum berani kami pasarkan karena bijinya diperuntukkan untuk pengembangan,” katanya lagi.

Salah seorang warga Baleharjo, Aditya Putratama mengaku sudah pernah merasakan buah gac. Menurut dia, buah ini rasanya hambar dengan campuran rasa kecut. “Saya merasakan saat main ke tempat pengembangan buah gac di Siraman. Informasinya buah ini baik untuk kesehatan,” kata Adit.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif