Jogja
Kamis, 18 Januari 2018 - 14:20 WIB

Seniman Argentina Perkenalkan Keberagaman Lewat Teater Boneka

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para siswa siswi TK Sembungan berebut memegang karakter boneka seusai dipentaskan, Kamis (18/1/2018). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Puluhan siswa siswi TK Sembungan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan nampak antusias menyaksikan pertunjukan teater boneka

Harianjogja.com, BANTUL — Puluhan siswa siswi TK Sembungan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan nampak antusias menyaksikan pertunjukan teater boneka berjudul “Un Boton en Mi Cabeza” atau “A Button in My Head”, Kamis (18/1/2018).

Advertisement

Riuh rendah tawa mereka terdengar saat dua seniman asal Argentina, Laura dan Enrique berusaha berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Cara mereka mengucapkan kata assalamualaikum, ayam, simbah dan aku cinta kalian seringkali memancing gelak tawa para siswa.

Laura dan Enrique adalah seniman teater boneka yang tergabung dalam kelompok Arriba las hu! Manos. Mereka telah bekeliling hingga 15 negara untuk mempertunjukkan karya-karyanya.

Sedangkan karya “A Button in My Head”, telah dipentaskan di lebih dari 300 kota di seluruh dunia. Kali ini mereka datang ke Yogyakarta lewat program “BERSUA Project” yang digagas oleh Papermoon Puppet Theater.

Advertisement

Lakon ini mengisahkan seorang anak laki-laki yang memiliki kancing di kepalanya, lakon ini membawa dua pesan penting. Yakni mengenai konsep baik dan buruk serta pentingnya menjaga keberagaman.

Enrique menuturkan lewat penggambaran tangan polos dan tangan yang bersarung hijau, mereka berdua ingin menyampaikan bahwa sisi baik maupun buruk keduanya ada di dalam diri kita.

Keburukan tersebut tidak datang dari sesuatu yang berada di luar kita. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia yang memiliki dua sisi tersebut harus bijak dalam bersikap. “Seperti konsep yin dan yang,” ucapnya saat ditemui Harianjogja.com seusai pementasan.

Advertisement

Sementara itu, menurut Laura, pesan kedua juga tak kalah pentingnya untuk disampaikan yakni mengenai keberagaman. Cloud, sang tokoh utama yang memiliki kancing di kepalanya merupakan penggambaran keunikan yang sebenarnya dimiliki oleh setiap orang.

Laura menyebut setiap individu di dunia ini berbeda baik sifat, warna kulit, suku, agama, ras, budaya dan lain-lain. Namun dalam era globalisasi di mana nilai universalitas diagung-agungkan banyak orang yang lantas melupakan keunikannya tersebut. “Diversity makes us human. We have to respect diversity,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif