Jogja
Rabu, 17 Januari 2018 - 19:40 WIB

Setahun, DIY Kehilangan 1.000 Ton Padi

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian. (JIBI/Solopos/Dok)

Setiap tahun lahan pertanian susut 200 hektare.

Harianjogja.com, JOGJA–Dinas Pertanian DIY mencatat rata-rata alih fungsi lahan pertanian per tahun mencapai 200 hektare. Hal ini menyebabkan penurunan produksi padi mencapai 1.000 ton setiap tahunnya.

Advertisement

Alih fungsi lahan paling banyak terjadi di Sleman. Di sana banyak sawah yang kerap disulap jadi perumahan. Sementara di Kulonprogo, berhektar-hektar sawah hilang untuk pembangunan New Yogyakarta international Airport (NYIA). Sebagai ganti, Pemda DIY akan mencetak sawah baru.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Budi Wibowo Tidak memungkiri pembangunan yang terus terjadi, salah satunya NYIA, mengakibatkan penurunan produksi beras di DIY. Ironisnya pemerintah tingkat dua tidak berusaha mempertahankan lahan yang ada.

“Sebenarnya sudah ada sawah berkelanjutan, tapi masing-masing daerah tidak mempertahankan itu, dan tidak ada sanksi, otomatis produksi berkurang,” sebut Budi usai menghadiri High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah [TPID] di Kompleks Kepatihan, Rabu (17/1/2018).

Advertisement

Budi menjelaskan, aturan mengenai perlindungan lahan sudah diatur pada Peraturan Daerah DIY Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Namun, menurutnya perlu ada revisi, sebab waktu perlindungan hanya diatur selama 10 tahun sejak aturan ditetapkan dan tiadanya sanksi.

Untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan, Pemda DIY melakukan cetak sawah baru di Kulonprogo, yang akan dilaksanakan pada tahun 2019. Saat ini, kata Budi, rancangan cetak sawah baru sedang dibahas.

Meskipun ada penurunan produksi, ia mengklaim produksi beras di DIY masih mencukupi kebutuhan. Dari data yang tersedia di Dinas Pertanian DIY, produksi beras memang selalu melebihi kebutuhan.

Advertisement

Pada 2012 petani DIY menghasilkan 946.224 ton gabah kering giling (GKG), lalu 2013 sebanyak 921.824 ton, 2014 sejumlah 919.573 ton, 2015 sebanyak 945.136 ton dan 2016 menurun cukup drastis jadi 882.702 ton.

Jika produksi GKG itu dikonversikan menjadi beras (Konversi GKP ke beras = 62,74 %), maka secara berturut-turut beras yang dihasilkan adalah sebagai berikut : 586.658 ton, 571.530 ton, 570.135 ton, 585.984 ton dan 547.275 ton.

Sedangkan data dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY, kebutuhan konsumsi beras pada 2012 hingga 2014 secara keseluruhan berkisar di angka 420.000 ton, lalu naik di tahun 2015 menjadi sekitar 432.000 ton dan kembali naik jadi 444.000 ton pada 2016.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian DIY Yektining Rahajeng menambahkan, setiap tahun rata-rata lahan yang dialihfungsikan sebanyak 200 hektare. Daerah yang sawahnya paling banyak berubah fungsi terjadi di Sleman, yang digunakan untuk perumahan. Sementara di Bantul digunakan untuk kepentingan industri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif