Soloraya
Selasa, 16 Januari 2018 - 10:00 WIB

Tak Bisa Bayar Sekolah Pelayaran, Pria Sragen Berakhir Gantung Diri

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolsek Sragen Kota AKP Suseno (lima dari kiri) berjabat tangan dengan perwakilan pihak keluarga untuk menyerahkan jenazah korban bunuh diri seusai pemeriksaan di Kampung Mageru, Sragen Tengah, Sragen, Selasa (16/1/2018) dinihari. (Istimewa/Polres Sragen)

Pria Sragen gantung diri diduga karena frustrasi tak bisa membayar bisa membayar biaya sekolah.

Solopos.com, SRAGEN — Seorang pemuda asal Kampung Mageru, Kelurahan Sragen Tengah, Sragen Kota, Rohmat Kusyanto, 33, memilih mengakhiri hidup dengan cara gantung diri, Selasa (16/1/2018) pukul 01.30 WIB. Rohmat diduga frustrasi karena tidak bisa membayar biaya sekolah pelayaran.

Advertisement

Kapolres Sragen AKBP Arif Budiman melalui Kapolsek Sragen Kota AKP Suseno mengatakan peristiwa bunuh diri itu berawal saat Rohmat pulang pada Senin (15/1/2018) pukul 21.30 WIB. Malam itu, Rohmat sempat mengobrol dengan istrinya, Parmini, 32. Kemudian Rohmat keluar rumah untuk membeli rokok. Parmini tidak mengetahui kapan suaminya pulang.

“Pada pukul 01.00 WIB [Selasa], Biso Wibisono, 86, ayah korban terbangun. Ia bermaksud membuang air kecil di kamar mandi. Biso kaget karena melihat anaknya sudah tergantung di dekat kamar mandi. Biso langsung berteriak dan membangunkan anak menantu dan istrinya,” ujar Kapolsek.

Warga lainnya pun berdatangan dan ada yang melaporkan kejadian itu ke Mapolsek Sragen Kota.

Advertisement

Tim Polsek Sragen Kota yang dipimpin AKP Suseno berkoordinasi dengan Tim Identifikasi Satreskrim Polres Sragen dan dokter Puskesmas Sragen Kota. Tim gabungan itu mendatangi rumah korban untuk pemeriksaan korban.

Tim identifikasi menemukan adanya bekas jeratan pada leher sepanjang 25 cm dengan kedalaman jeratan 1 cm. Selain luka itu, tim identifikasi tidak menemukan tanda-tanda penganiayaan sehingga dipastikan korban meninggal dunia disebabkan karena bunuh diri.

“Dari keterangan saksi, sebelumnya korban mengeluh pusing karena tidak punya uang untuk membayar kekurangan biaya sekolah pelayaran,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif