Jogja
Senin, 15 Januari 2018 - 21:40 WIB

Ini Bisnis yang Akan Moncer di Jogja Tahun Depan

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi proyek properti (JIBI/Bisnis/Dok.)

Tahun ini bisnis properti belum bersinar.

Harianjogja.com, JOGJA–Bisnis properti diperkirakan belum begitu berkembang tahun ini. Daya beli masyarakat diproyeksikan bakal meningkat signifikan pada 2019 mendatang.

Advertisement

Pengamat ekonomi dari Pusat Kajian Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Ardhito Binadi mengatakan perkembangan bisnis properti tahun ini cenderung tidak akan jauh berbeda dengan tahun 2017 kemarin. “Nanti ketika bandara sudah jadi, kemungkinan baru properti itu akan tumbuh. Akan ada banyak orang masuk, misalnya bekerja di bandara, sehingga mereka membutuhkan rumah atau tempat tinggal,” ungkap Ardhito, Minggu (14/1/2018).

Kehadiran New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Temon Kulonprogo memang digadang-gadang bakal mengangkat potensi perekonomian daerah di berbagai sektor, termasuk properti. Saat bandara baru mulai beroperasi di tahun 2019 nanti, kebutuhan perumahan di wilayah Kulonprogo hampir bisa dipastikan meningkat sehingga menjadi ladang bisnis potensial bagi para pengusaha properti.

Ardhito menambahkan, saat ini kebanyakan investor masih menunggu sembari memantau perkembangan pembangunan megaproyek tersebut. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya mengenai spekulasi harga tanah. Mereka baru bergerak lebih cepat setelah memastikan besar kecilnya peluang serta keuntungan yang bakal didapat. “Secara umum sekarang belum terlihat akan seperti jadi tetap menunggu sampai bandara beroperasi,” ujar Ardhito.

Advertisement

Sebelumnya, Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Rama Adyaksa Pradipta mengungkapkan tingginya harga lahan menjadi kendala utama bagi para pengusaha properti. Hal tersebut menyulitkan mereka untuk memenuhi permintaan rumah terjangkau yang diperkirakan masih tinggi tahun ini.

Rama memaparkan, masyarakat lokal yang didominasi kalangan menengah banyak yang menginginkan hunian dengan harga terjangkau karena kemampuan pendanaan mereka rata-rata berkisar Rp300 juta. Namun suplai produk rumah terjangkau masih terbatas. “Masalah lahan itu membuat kita hanya bisa sedikit menyuplai hunian terjangkau. Tahun kemarin sedikit sekali, paling hanya sekitar 200 unit,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif