Soloraya
Sabtu, 13 Januari 2018 - 08:35 WIB

Harga Gas Melon di Klaten Masih Tinggi Meski Pasokan Stabil

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi: Pengecer membeli gas melon di salah satu pangkalan Dukuh Sekaranom, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Klaten, Jumat (12/1/2018). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Harga gas melon di Klaten masih tetap tinggi meski pasokan stabil.

Solopos.com, KLATEN — Harga elpiji 3 kg atau gas melon di tingkat pengecer wilayah Klaten masih tinggi kendati pasokan gas bersubsidi itu stabil. Harga gas melon berkisar Rp17.000 hingga Rp25.000 per tabung.

Advertisement

Salah satu pedagang, Dwi Yanto, pemilik warung Solo dan Kare Ayam di Jl. Mayor Sunaryo, Klaten Utara, mengatakan saban hari ia membutuhkan 4-5 tabung gas melon untuk keperluan memasak. Saban hari juga ia menerima pengiriman dari pedagang gas ke warung dengan jumlah yang sama.

Ia mengaku tidak kesulitan mencari tabung gas. Namun, harga gas yang dibeli bervariasi antara Rp18.000 hingga Rp25.000 per tabung. Harga gas meningkat saat akhir pekan. Bagi Dwi, saat akhir pekan biasanya gas agak sulit didapat.

Advertisement

Ia mengaku tidak kesulitan mencari tabung gas. Namun, harga gas yang dibeli bervariasi antara Rp18.000 hingga Rp25.000 per tabung. Harga gas meningkat saat akhir pekan. Bagi Dwi, saat akhir pekan biasanya gas agak sulit didapat.

“Saat sulit, saya biasanya cari ke warung-warung. Harganya di sana sampai Rp22.000 bahkan Rp25.000 per tabung. Kalau biasanya dikirimi pengecer saya membeli seharga Rp18.000 per tabung,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di warungnya, Jumat (12/1/2018).

Di warungnya, ia mengaku memiliki sekitar 10 tabung gas melon. Ia tidak tahu apakah penggunaan gas melon diperbolehkan untuk keperluan usahanya. Ia hanya mendengar kabar akan ada inspeksi ke warung-warung soal penggunaan tabung gas melon.

Advertisement

Salah satu pengecer gas melon, Sudadi, 64, mengatakan bulan lalu memang sempat kesulitan mendapatkan pasokan gas. Namun, kini gas relatif mudah ia dapatkan. Ia biasa membeli gas melon di pangkalan dengan harga Rp15.500 per tabung.

Di rumahnya, ia menjual kembali gas itu seharga Rp17.000 per tabung. Saban hari ia membeli lima tabung gas melon ke pangkalan.

“Saya jualnya kepada rumah tangga bukan untuk warung makan. Ini kan haknya keluarga tidak mampu,” kata dia, Jumat.

Advertisement

Ia mengaku menjumpai beberapa pengecer lain menjual gas melon Rp18.000-Rp25.000 per tabung. “Kalau itu kelewatan mengambil untungnya,” ujar dia.

Salah satu pemilik pangkalan gas, Umum Habibah, 50, warga Dukuh Sekaranom, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Klaten, mengatakan selama ini pasokan gas relatif lancar dan stok terpantau aman. Saban hari ia mendapatkan pasokan 100 tabung gas dari agen.

Ia pun menjualnya dengan harga sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp15.500 per tabung. “Mungkin harga menjadi naik di tingkat konsumen karena dari pengecer dijual lagi ke pengecer lain. Jadi kan tambah mahal,” kata dia.

Advertisement

Area Manager Communication & Relations Jawa Bagian Tengah PT Pertamina (Persero), Andar Titi Lestari, jika ada pangkalan menjual tabung gas di atas HET, Pertamina akan menindaklanjuti. Namun, jika harga di atas HET itu dilakukan pengecer, hal itu bukan pengawasan Pertamina.

“Disperindag yang seharusnya berkontribusi melakukan pengawasan di luar pangkalan,” kata Andar.

Ia menjelaskan gas melon tidak diperbolehkan untuk warung makan besar. Namun, temuan soal adanya warung makan besar yang menggunakan gas melon sebaiknya disampaikan kepada Disperindag agar diberi imbauan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif