Kolom
Rabu, 3 Januari 2018 - 05:00 WIB

GAGASAN : Transmart dan Inovasi

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bahkan jalan di sekitaran Transmart Pabelan ikut ramai dipadati kendaraan bermotor, Jumat (1/12/2017). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Selasa (26/12/2017). Esai ini karya Edy Purwo Saputro, dosen program pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alamat e-mail penulis adalah E.Purwo.Saputro@ums.ac.id.

Solopos.com, SOLO–Soloraya ternyata tidak hanya dibanjiri hotel, tetapi juga gerai ritel modern. Betapa tidak, di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, Solo,  saja ada puluhan hotel dan kini bisnis ritel juga semakin marak dengan ditandai pembukaan Transmart di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, per 1 Desember 2017.

Advertisement

Edy Purwo Saputro

Tentu menarik dicermati di balik ekspansi Transmart itu, terutama dikaitkan dengan lesunya bisnis ritel pascalebaran dan juga penurunan daya beli. Terkait ini, ada banyak argumen yang mendasari, termasuk lesunya penyerapan anggaran karena ketakutan dalam pelaporan sehingga rentan menjadi kasus hokum.

Sejumlah pengamat meyakini konsumen cenderung mengerem pengeluaran. Dunia usaha juga memetakan ulang semua potensi bisnis karena pertimbangan ada tahun politik yaitu pemilihan kepala daerah serentak pada 2018 dan pemilihan presiden pada 2019.

Advertisement

Kinerja sektor ritel menarik dicermati terutama terkait ekspansi Transmart. Tidak bisa dimungkiri bahwa 10 tahun yang lalu cenderung terjadi laju ”pemanasan global” akibat Matahari membuka cabang di mana-mana, namun kini satu persatu gerai Matahari ditutup dengan berbagai faktor yang mendasari.

Peritel besar lain, misalnya Ramayana, Lotus, dan Debenhams akhirnya tidak bisa bersaing, menyerah, dan kemudian menutup gerai. Tentu ada banyak alasan yang mendasari fakta tutupnya sejumlah gerai bisnis ritel dan kasus ini menarik dicermati, apalagi ada tahun politik yang jelas rentan memicu riak dan imbas terhadap investasi dan daya beli.

Ekspansi yang dilakukan Transmart di Pabelan justru memberikan tantangan terkait fenomena yang terjadi di bisnis ritel nasional. Paling tidak ada sejumlah aspek yang mendasari tutupnya sejumlah gerai bisnis ritel. Pertama, keyakinan terkait adanya rencana transformasi ke bisnis online. Matahari juga tertarik terjun ke bisnis online dengan bendera mataharimall.com sebagai langkah strategis untuk bisa merebut pasar di segmen online, meski di sisi lain juga tetap mempertahankan pasar offline yang bersifat konvensional.

Selanjutnya adalah: Keyakinan terhadap sejumlah rencana besar

Advertisement

Rencana Besar

Keyakinan terhadap sejumlah rencana besar dari bisnis ritel ke pasar online tidak bisa terlepas dari fakta berkembangnya ekonomi digital. Paling tidak, hal ini didukung dengan regulasi di bidang hokum, seperti  UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan juga perangkat smartphone yang semakin canggih dengan spesifikasi yang lebih multifungsi plus akses Internet yang semakin cepat dan tarifnya semakin murah.

Oleh karena itu, jemari orang-orang era sekarang memiliki peran sangat penting untuk menentukan transaksi dengan sekali ”klik”. Fakta ini yang menjadi salah satu argumen di balik lesunya bisnis ritel, meski tentu masih harus dibuktikan.

Advertisement

Kedua, transformasi perilaku adalah fakta yang tidak bisa diabaikan terkait tutupnya sejumlah gerai ritel nasional. Artinya, berbagai layanan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan yang dijanjikan oleh transaksi online dan e-commerce memengaruhi perilaku konsumen.

Orang malas untuk bertransaksi tunai dan juga malas ke mal, apalagi ada ancaman terjebak kemacetan dan tarif parkir yang cukup mahal. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak menerima dan melakukan transaksi online.

Artinya, bukan hanya daya beli yang rendah tapi juga perilaku yang berubah, yaitu dari model transaksi offline ke online dan hal ini semakin didukung oleh kemudahan transaksi online secara realtime dengan hanya sekali ”klik” atau gesek.

Selanjutnya adalah: Fakta ini pada dasarnya adalah konsekuensi

Advertisement

Konsekuensi

Fakta ini pada dasarnya adalah konsekuensi dari fenomena less cash society karena orang semakin familier dengan transaksi nontunai. Perlahan tapi pasti pada masa depan akan terjadi perubahan drastis dalam pembayaran dan nontunai menjadi lifestyle yang semakin jamak dilakukan.

Ketiga, tidak bisa dimungkiri bahwa setelah tutupnya gerai 7-Eleven atau Sevel setelah Idul Fitri lalu ternyata pemerintah tidak serius mengkaji fakta pelemahan daya beli, padahal bisnis ritel sangat terkait interaksi langsung dengan konsumen dan mata rantainya jelas sangat kompleks.

Oleh karena itu, pembiaran setelah tutupnya Sevel justru menjadi suatu ancaman serius bagi perkembangan prospek bisnis ritel pada tahun politik. Jika pemerintah tidak serius menyikapi persoalan ini, bukan tidak mungkin akan semakin banyak gerai ritel yang tutup dan tentu akan berdampak negatif: jumlah penganggur bertambah.

Terkait ini, Gubernur Bank Indonesia membantah terjadi kelesuan daya beli karena angka penjualan ritel justru naik 5% sampai dengan kuartal III 2017. Keempat, terlepas dari pro kontra tudingan melemahnya daya beli, yang pasti faktor lain yang tidak bisa diabaikan adalah fenomena persaingan di bisnsi ritel yang semakin ketat.

Advertisement

Pelaku bisnis ritel harus pandai, jeli, dan cermat menyikapi semua perubahan tuntutan. Artinya, tuntutan berinovasi memang menjadi kewajiban untuk dapat bersaing pada era global. Kampanye ”inovasi atau mati” menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari karena pesaing baru akan terus bermunculan, sementara di sisi lain fakta daya beli juga rentan terhadap konsumsi, saving, dan investasi.

Artinya, kalkulasi terkait daya beli dan transformasi perilaku konsumen perlu dikaji secara mendalam. Kelima, kalau pelaku bisnis ritel yang lain menutup gerai lalu mengapa Transmart membuka banyak gerai? Inilah pertanyaan yang menarik.

Transmart di Pabelan mulai dibuka 1 Desember bersamaan akhir tahun dan perayaan Natal yang biasanya terjadi peningkatan daya beli karena ada bonus dan tunjangan akhir tahun. Ekspansi Transmart yang sangat fenomenal perlu dikaji sebagai pembanding terkait tutupnya sejumlah gerai ritel nasional pada enam bulan terakhir.

Artinya, ini adalah tantangan yang sangat berat bagi pengusaha ritel untuk bersaing, tidak hanya pengusaha ritel domestik tapi juga pengusaha ritel asing. Hal ini pada dasarnya menuntut inovasi dan strategi secara cermat agar bisa bersaing dan tetap ada di hati konsumen, meski kini dijanjikan berbagai kemudahan dan kenyamanan bertransaksi melalui sistem online dan e-commerce. Transmart akan menjadi test case kasus lemahnya daya beli dan tahun politik.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif