Jogja
Kamis, 28 Desember 2017 - 15:10 WIB

Duh...Warga Bantul Edarkan Jeroan Anjing Mati dan Ayam Tiren ke Pasar-Pasar

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi razia ayam tiren (JIBI/Solopos/Dok.)

Daging tiren yang dijual berupa daging ayam dan jeroan anjing yang sudah mati.

Harianjogja.com, BANTUL–Demi mencari keuntungan, Sukardi warga Rt 01 Dusun Plemantung, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro menjual jeroan bangkai anjing dan bangkai ayam di pasar tradisonal. Penjualan daging tak layak konsumsi ini berhasil diungkap Unit Satintelbrimob Polda DIY berdasarkan laporan warga.

Advertisement

Panit Intel Satbrimob Polda DIY, Ipda Indra Uran menuturkan berdasarkan laporan warga diketahui awalnya Sukardi merupakan penjual tongseng daging anjing (sengsu) namun sudah berhenti sejak beberapa tahun yang lalu.

Kemudian Sukardi beralih menjual daging ayam mati dan jeroan anjing yang telah diolah. Indra mengatakan untuk mendapatkan bahan baku, Sukardi berkeliling ke kandang-kandang ayam di sekitar Kabupaten Bantul.

Jika mendapati ada ayam mati, ia pun membelinya dengan harga Rp2.500 per ekor. Begitupun dengan jeroan anjing yang ia goreng dan dijual dengan mengakuinya sebagai jeroan iso babat sapi. “Jeroannya direbus, dibumbui terus digoreng. Ia mengaku itu jeroan sapi,” ujarnya saat ditemui saat penggrebegan, Kamis (28/12/2017).

Advertisement

Indra menambahkan daging dan jeroan itu dijual Sukardi ke Pasar Barongan, Bakulan dan pasar-pasar lain di seputar wilayah Bantul. Tempat jualannya kadang berpindah. Namun beberapa pembeli terkadang datang, mengambil langsung ke rumahnya. “Harganya kan miring, jadi ornag pada beli,” imbuhnya.

Berdasarkan pantauan Harianjogja.com di lapangan, pengolahan bangkai anjing dan sapi tersebut berada di belakang rumah inti Sukardi, di bagian dapur yang semi terbuka.

Sementara itu, sang pemilik, Sukardi bersikeras tidak menjual bangkai hewan tersebut untuk konsumsi manusia. Ia mengaku daging dan jeroan itu dijual ke dua orang peternak babi untuk memberi makan hewan peliharannya. Harganya berkisar antara Rp1000-Rp2000 per kilogram. Menurutnya dalam sebulan ia tidak menyetor secara rutin ke peternak tersebut. Pasalnya tidak setiap hari ada ayam maupun anjing yang mati. “Ya kadang kirim sekali habis itu libur, nunggu. Tidak selalu saya jual ke peternak, saya pernah mengubur juga kok,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif