Jogja
Selasa, 26 Desember 2017 - 11:20 WIB

Ada Ajakan "Ayo Salat" di Sela Perayaan Natal di Gereja Kotabaru

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perayaan Ekaristi Malam Natal 1 2017 di Paroki Santo Antoinus Padua, Kotabaru, Minggu (24/12/2017). (I Ketut Sawitra Mustika/JIBI/Harian Jogja)

Perayaaan ekaristi malam Natal di Paroko Santo Antonius Padua, Kotabaru berlangsung semarak

 

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Indonesia, kata para cerdik pandai adalah negara besar yang dikaruniai keberagaman : kaya akan bahasa daerah , suku yang melimpah dan rakyatnya menganut bermacam agama.

Banyak juga yang bilang, salah satu ciri terbaik bangsa yang telah berumur 72 tahun ini adalah rasa toleransi yang tinggi. Dan itu mungkin tidak salah. Saat perayaaan Malam Natal di Kotabaru, unsur masyarakat yang bukan Nasrani turut serta membantu pengamaman.

Advertisement

Banyak juga yang bilang, salah satu ciri terbaik bangsa yang telah berumur 72 tahun ini adalah rasa toleransi yang tinggi. Dan itu mungkin tidak salah. Saat perayaaan Malam Natal di Kotabaru, unsur masyarakat yang bukan Nasrani turut serta membantu pengamaman.

Perayaaan ekaristi malam Natal di Paroko Santo Antonius Padua, Kotabaru berlangsung semarak. Orang dari berbagai penjuru DIY datang untuk berdoa. Mereka berpakaian rapi, segar dan wangi. Suasana begitu penuh sejak sore hari. manusia membanjiri halaman gereja.

Sebagai langkah antisipasi, setiap yang hendak masuk area gereja diperiksa. Tasnya digeledah, pintu metal detektor wajib dilalui. Antrean pun mengular.
Yang menjaga pintu detektor tentu adalah personel Brigade Mobil (Brimob) Polda DIY. Tapi mereka bukan satu-satunya pihak yang berkewajiban memastikan Malam Natal berjalan aman. Tentu, polisi banyak yang hadir, tentara juga turut ambil bagian.

Advertisement

Ada Paksi Katon dengan seragam khasnya, serba hitam dan ikat kepala; Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) dengan seragam lorang loreng; Forum Jogja Rembug (FJR) yang juga berpakaian hitam dan tentu saja Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang memakai seragam ala militer.

Setiap ormas mengirim jumlah personel yang bervariasi, Paksi Katon dan FJR masing-masing menyumbang lima orang, FKPPI delapan orang dan Banser 13 orang. Tugasnya macam-macam, ada yang mengarahkan jemaat untuk mengikuti barisan. Ada yang ikut polisi mengatur lalu lintas. Sebagian membantu orang yang hendak menyebrang.

Saat ekaristi Malam Natal 1 dimulai (malam itu ada tiga kali misa), beberapa diantaranya duduk melepas lelah dengan ditemani lantunan kidung Natal yang memberambat pelan di udara. Menimbulkan perasaan kudus yang sulit dimengerti. Di saat yang bersamaan, di kejauhan terdengar azan magrib memanggil-manggil umat Islam agar segera bersembahyang.

Advertisement

Sejurus kemudian, seorang anggota Banser mengajak rekannya untuk menunaikan salat. “Ayook salat,” ucapnya sembari berlalu.

Tak ada ketegangan, orang-orang yang beragama Islam bisa dengan santainya turut serta menjaga perayaan hari kelahiran Yesus Sang Penyelamat. Toleransi benar-benar terjadi dan bukan sekedar omongan kaum elit.

Apa yang terjadi di luar gereja, nyatanya juga sesuai dengan tema Natal yang diusung Paroki Santo Antonius Padua, yakni Mengalami Terang Kelahiran Kristus Dalam Hidup Menggereja dan Berbangsa. Ketua Panitia Natal di gereja itu, Seraphina Dewanti mengatakan tema tersebut dipilih untuk mengajak umat memandang perayaan Natal bukan sebagai ritual yang diperingati rutin setiap akhir tahun.

Advertisement

“Tujuannya adalah membantu umat memahami kedosaan dirinya dan masyarakatnya; membantu umat mengalami kehadiran Allah yang karena cinta kasih-Nya menyelamatkan kita; serta mengajak umat untuk memahami kembali arti keberagaman di Indonesia,” ucap Seraphina.

Haryono, salah satu anggota Paksi Katon yang berjaga di Paroki Santo Antoinus Padua, Kotabaru mengatakan, organisasi tempatnya bernaung tidak pernah sama sekali membedakan manusia berdasarkan keyakinan yang diyakininya.

“Paksi Katon tidak pernah membedakan agama. Setiap tahun kami selalu diajak kepolisian mengamankan Natal. Kami ingin menunjukkan Jogja adalah kota yang sangat toleran akan keberagaman,”

Secata total Paksi Katon, ucapnya menerjunkan 1.500 personel untuk mengamankan Natal dan Tahun Baru 2018. Semua personel disebar ke empat kabupaten dan satu kota.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif