Jogja
Senin, 25 Desember 2017 - 11:20 WIB

UMKM Bantul Masih Gagap Teknologi, Dikelola "By Sinten" Bukan "By System"

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Bantul masih gagap akan teknologi

Harianjogja.com, BANTUL—Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Bantul masih gagap akan teknologi. Pasalnya dari sekitar 35.000 UMKM, baru 10% yang mulai merambah pemasaran dalam jaringan (daring) baik melalui website maupun media sosial.

Advertisement

Dari jumlah itu pun, sebagian besar masih bertransaksi langsung dengan Cash on Delivery (COD) tidak murni menjual dan mengirim secara daring.

Ketua Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) Korda Bantul, Azfa Pabulo menuturkan masih sedikit UMKM di Bantul yang mulai memasarkan produknya lewat daring karena manajemen bisnisnya belum dikelola secara profesional.

Menurutnya karakteristik UMKM di wilayah ini masih sangat tradisional dan dikelola secara perorangan maupun keluarga, belum melibatkan pekerja dan menggunakan sistem yang tertata. Rata-rata masih didasarkan atas kepercayaan.

Advertisement

Oleh sebab itu, dunia pemasaran daring di mana pembeli dan penjual tidak bersinggungan secara langsung cukup sulit dilakukan oleh para pelaku UMKM. Atas dasar alasan itulah, dari 10% pelaku UMKM yang mulai memasarkan secara daring masih bergantung pada metode COD, pemesanan dilakukan melalui daring namun pembayaran tetap harus dengan tatap muka.

“Istilahnya UMKM Bantul masih dikelola by sinten [siapa] bukan by system. Didasarkan atas kepercayaan, manajemen juga belum diterapkan dengan baik,” katanya di sela-sela acara Rembuk UMKM Bantul 2017 di Rumah Kreatif Bantul, Kamis (21/12/2017).

Azfa mengatakan hingga kini masih ada beberapa kendala yang dihadapi para pelaku UMKM, terutama permasalahan SDM, pemasaran dan permodalan. Menurutnya tiga kendala utama ini saling berkaitan satu sama lain.

Advertisement

Misalnya dengan SDM yang masih belum familiar dengan tata cara pengelolaan bisnis yang baik, mereka akan kesulitan mengakses permodalan sebab tak memiliki persyaratan yang dibutuhkan seperti jaminan dan berkas. Akibatnya bisnis pun akan sulit berkembang karena pelaku UMKM tidak memiliki modal.

Kendala SDM juga akan berpengaruh pada pemasaran. Saat SDM kurang siap menghadapi perkembangan zaman digital, maka mereka akan tertinggal karena tak mengembangkan pemasaran lewat daring. Padahal produk lokal pun kini juga harus bersaing dengan produk impor yang masuk Indonesia lewat kebijakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif