Soloraya
Minggu, 24 Desember 2017 - 23:35 WIB

ASAL USUL : Cerita Makam Tua di Puncak Bukit Tingkir Sragen

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu makam tua di Punden/Bukit Tingkir, Sangiran, Krikilan, Kalijambe, Sragen. (Istimewa)

Di Kalijambe, Sragen, ada satu  bukit dengan sejumlah makam tua yang diduga milik pengikut Joko Tingkir.

Solopos.com, SRAGEN — Tidak ada yang tahu persis cerita atau sejarah keberadaan makam-makam tua dari bebatuan Punden/Bukit Tingkir, Sangiran, Krikilan, Kalijambe, Sragen. Selama puluhan tahun warga diwariskan cerita sederhana bahwa makam-makam itu merupakan jejak atau peninggalan rombongan Mas Karebet atau Joko Tingkir.

Advertisement

Tapi tak ada yang tahu persis kapan dan dalam rangka apa rombongan Joko Tingkir singgah di Bukit Tingkir kala itu. Karena sejarahnya itu, warga menyebut lokasi makam-makam tersebut sebagai Punden/Bukit Tingkir.

Beberapa puluh tahun lalu terdapat cukup banyak makam tua di bukit itu. Tapi kini tinggal tersisa tiga makam. Pada waktu-waktu tertentu Punden Tingkir didatangi orang-orang dari luar Kalijambe yang bermaksud menyepi.

“Punden Tingkir itu ya satu kesatuan bukit dengan makam-makamnya. Sayang sekarang banyak yang hilang dan rusak,” ujar Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Krikilan, Aries Rustiyoko, Sabtu (16/12/2017).

Advertisement

Dia menjelaskan belakangan para pemuda Sangiran mulai bergerak merawat Punden/Bukit Tingkir. Bukit di pinggir dusun dan berbatasan langsung dengan areal persawahan warga itu akan dikembangkan sebagai bumi perkemahan dan wahana outbond. Tapi keberadaan makam-makam tetap dipertahankan.

Selain makam tua, di Bukit Tingkir terdapat sebongkah besar batu yang oleh penduduk setempat disebut watu gong. Konon ada masa di mana bila dilakukan prosesi tertentu akan muncul seperangkat gamelan di batu itu. Dulu warga melakukan prosesi tersebut untuk meminjam seperangkat gamelan itu.

“Batunya berbentuk oval dengan bidang atasnya datar. Panjang dan lebarnya sekitar dua meter. Konon dulu kalau dilakukan prosesi tertentu akan muncul seperangkat gamelan. Warga lantas memanfaatkan gamelan itu untuk keperluan hajatan. Tapi karena ada alat yang tak dikembalikan, kini tak bisa lagi,” kata dia.

Advertisement

Kepala Desa (Kades) Krikilan, Widodo, mengatakan makam-makam tua di Bukit Tingkir dibiarkan alami tanpa pemugaran. Hanya pada waktu-waktu tertentu dilakukan kegiatan pembersihan area sekitar makam.

“Konon itu makamnya pengikut Joko Tingkir. Tapi itu cerita rakyat ya, saya tidak tahu persis,” dia mengisahkan.

Widodo mengatakan hingga kini masih ada beberapa orang yang berziarah atau menyepi di Bukit Tingkir. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Soloraya.

“Ada yang dari Kartasura atau daerah-daerah lain di Soloraya, bukan warga Krikilan. Bukit ini masuk wilayah RT 011 Dukuh Sangiran, Krikilan,” sambung dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif