Soloraya
Kamis, 21 Desember 2017 - 16:35 WIB

Bocah Lelaki 8 Tahun Pasien RSUD Karanganyar Suspect Difteri

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bocah pengidap difteri (JIBI/Solopos/Antara)

Salah satu pasien RSUD Karanganyar dicurigai terkena penyakit difteri.

Solopos.com, KARANGANYAR — Salah satu pasien RSUD Karanganyar, RAP, 8, asal Karanganyar, dicurigai (suspect) difteri. Bocah lelaki itu mendapatkan perawatan di RSUD tersebut sejak Rabu (20/12/2017).

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari RSUD Karanganyar, RAP datang ke RSUD Karanganyar, Rabu pukul 20.00 WIB dan diterima di instalasi gawat darurat (IGD). RAP mengeluh sakit tenggorokan, sesak napas, batuk, dan panas.

Dokter jaga IGD mengecek dan menemukan sejumlah gejala difteri. Dokter jaga berkoordinasi dengan dokter anak RSUD Karanganyar.

Advertisement

Dokter jaga IGD mengecek dan menemukan sejumlah gejala difteri. Dokter jaga berkoordinasi dengan dokter anak RSUD Karanganyar.

“Pasien datang dengan keluhan sakit saat menelan, agak sesak napas, batuk, dan panas. Dokter IGD memeriksa ternyata ada pembesaran kelenjar limfe di leher atau bullneck positif. Ukuran dua sentimeter. Ada pseudomembran selaput putih abu-abu di tenggorokan. Ada kecurigaan difteri, dokter jaga koordinasi dengan dokter anak. Dokter anak mengambil pseudomembran ternyata berdarah,” kata Kepala Bidang Medis dan Keperawatan RSUD Karanganyar, Kristanto Setyawan, saat berbincang dengan wartawan di Aula RSUD Karanganyar, Kamis (21/12/2017).

Hasil diagnosis itu suspect difteri. Sebelum datang ke RSUD Karanganyar, RAP diperiksakan ke bidan. Saat itu, dia mengeluh sakit tenggorokan, Jumat (15/12/2017). RAP merasakan badan panas pada Selasa (19/12/2017).

Advertisement

Manajemen RSUD membatasi akses terhadap pasien. Pantauan Solopos.com, jalan dari dan menuju ruang isolasi ditutup. Terdapat tulisan di pintu ruang isolasi bahwa pasien tidak boleh dijenguk dan tidak boleh keluar maupun masuk tanpa izin.

“Kami menerapkan tata laksana penyakit difteri meskipun belum dinyatakan positif difteri. Harus pengecekan laboratorium untuk menyatakan positif difteri. Sifatnya kultur jadi butuh waktu sepuluh hari [pengecekan laboratorium],” jelas dia.

Dokter mengizinkan orang tua pasien menemani tetapi mereka memberikan antibiotik eritromisin untuk mencegah penularan. Kristanto sudah melaporkan kejadian itu kepada Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar.

Advertisement

DKK mengajukan antidiptheria serum (Ads) kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. Tim berangkat ke Semarang Kamis pagi untuk mengambil Ads.

Kristanto menyampaikan kondisi RAP stabil atau bagus. Hasil analisis dokter anak, klinis RAP stabil karena riwayat imunisasi dasar pasien. RAP mendapatkan imunisasi dasar lengkap saat bayi dan di sekolah.

RAP akan mendapatkan perawatan di ruang isolasi hingga sembuh. Dokter menyatakan sembuh apabila pseudomembran dan bullneck hilang. Dokter dapat memulangkan pasien meskipun hasil laboratorium belum keluar.

Advertisement

“Riwayat imunisasi lengkap. Dia makan dan minum bagus tetapi pembesaran kelenjar limfe dan pseudomembran masih. Imunisasi itu untuk mencegah agar tidak tertular difteri. Kalaupun tertular, kondisinya akan stabil seperti RAP,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Cucuk Heru Kusumo, menyampaikan menerjunkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) di Kecamatan Karanganyar dan Karangpandan. DKK melakukan PE ke lingkungan tempat tinggal RAP.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, RAP tinggal bersama ayahnya di Karanganyar tetapi saat ayahnya bekerja, RAP dititipkan kepada neneknya di Karangpandan. “Kami ambil data dari lingkungan. Kami lakukan PE untuk penanganan di lingkungan. Ada tata cara dan prosedurnya. Tim teknis menelusuri untuk mendapat data lengkap, seperti dari mana tertular dan lain-lain,” tutur Cucuk saat ditemui wartawan seusai menghadiri acara di Mapolres Karanganyar.

PE dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada orang di lingkungan yang berpotensi tertular. DKK memiliki langkah-langkah perlindungan atau formula tertentu, seperti penyuntikan imunisasi pada orang yang berada di lingkungan berpotensi tertular. “Itu bentuk perlindungan tambahan,” ujar Cucuk

Tindakan Pencegahan

Selain PE di lingkungan sekitar pasien tinggal dan bersekolah, RSUD Karanganyar akan memberikan vaksin tetanus difteri (TD) kepada dokter dan perawat. Fokus vaksinasi kepada dokter yang merawat pasien. Mereka merawat pasien menggunakan alat perlindungan diri (APD), tetapi vaksinasi diberikan untuk mencegah penularan.

“Bakteri Corynebacterium diphtheriae ditularkan lewat udara. Besok pagi [Jumat] ada imunisasi TD untuk dokter dan perawat yang merawat pasien untuk melindungi. Imunisasi untuk pencegahan. Kalau PE itu preventif agar lingkungan tidak tertular,” ungkap Kristanto.

Dia menjelaskan difteri tergolong PD3I atau penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kristanto menegaskan bahwa difteri tergolong penyakit mematikan. “Satu dari lima penderita meninggal. Penyebabnya, bakteri ini mengganggu kerja jantung. Itu penyebab kematian. Karanganyar memiliki dua kasus difteri yakni pada Juni dan Desember.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif