Perkembangan kawasan wisata Mangunan-Dlingo diklaim baru menyumbang 10% untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Harianjogja.com, BANTUL—Perkembangan kawasan wisata Mangunan-Dlingo diklaim baru menyumbang 10% untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pasalnya masyarakat maupun pemangku kepentingan terkait dianggap tergagap-gagap dalam menyikapi kunjungan wisatawan yang makin membludak tiap tahunnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul, Kwintarto Heru Prabowo menyatakan dari hasil kajian Dispar, perkembangan kawasan tersebut belum dibarengi dengan multiflier effect berupa pengungkitan taraf ekonomi masyarakat yang diharapkan.
Plt Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul, Kwintarto Heru Prabowo menyatakan dari hasil kajian Dispar, perkembangan kawasan tersebut belum dibarengi dengan multiflier effect berupa pengungkitan taraf ekonomi masyarakat yang diharapkan.
Menurutnya hal itu disebabkan oleh belum siapnya beberapa sektor usaha dan jasa yang hasilnya langsung dirasakan oleh masyarakat. Kwintarto menuturkan prediksi awal kunjungan wisatawan hanya sekitar 300 hingga 400 ribu orang per tahun, nyatanya malah mendatangkan tak kurang dari 1,5 juta wisatawan per tahun.
“Jadi kurang begitu siap karena ternyata di luar ekspektasi,” ujarnya, Minggu (17/12/2017).
Sementara itu, Ketua Koperasi Notowono Dlingo Purwo Harsono menampik hal tersebut. Menurutnya sejak awal, pengembangan kawasan wisata Mangunan-Dlingo telah didasarkan atas konsep Communitty Based Tourism (CBT).
Di mana masyarakat jadi subjek dan terjun langsung dalam pengelolaan pariwisata maupun pengembangannya. Sehingga bisa dipastikan seluruh keuntungan atas berkembangnya objek wisata ini juga akan dinikmati langsung oleh masyarakat sebagai subjeknya.
Apalagi menurutnya, sejak dirintis sekitar dua tahun yang lalu sudah ada 272 warga yang aktif menjadi anggota Koperasi Notowono. Selain itu telah ada 16 homestay yang dikelola oleh masyarakat dan sudah beroperasi.
Belum lagi pengelola-pengelola wisata yang jumlahnya mencapai ratusan yang tersebar di objek-objek wisata yang ada, bahkan yang menyediakan wisata pendukung seperti jip, kuliner dan lain-lain.
Artinya mereka-lah juga yang menjalankan roda ekonomi atas makin majunya pariwisata di kawasan ini. “Memangnya siapa yang diuntungkan? Investor yang mana? Selama ini yang disentuh ya masyarakat,” ucapnya.
Ipung menegaskan pengembangan kawasan wisata Mangunan-Dlingo selama ini banyak melibatkan masyarakat secara langsung. Pengelolaan pun diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, tanpa melibatkan investor dari luar. Itu semua dilakukan untuk memastikan keuntungan akan ramainya pariwisata di Mangunan-Dlingo diterima oleh masyarakat setempat.