Jogja
Sabtu, 16 Desember 2017 - 10:20 WIB

DIY Kekurangan Tenaga Terampil untuk Kerajinan dan Mebel

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat mebel yang dipamerkan dalam Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2016 di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (13/3/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Jumlah pekerja industri kerajinan dan mebel dari kalangan terampil masih minim

Harianjogja.com, JOGJA-Jumlah pekerja industri kerajinan dan mebel dari kalangan terampil masih minim. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) DPD DIY bersama pemerintah mulai menyinergikan antara kebutuhan industri dengan kurikulum agar melahirkan lulusan yang siap bekerja.

Advertisement

Rumekso Setyadi selaku Pembina HIMKI DPD DIY mengatakan, saat ini jumlah pekerja bidang kerajinan dan mebel di DIY dari lulusan SMK tidak sampai 5%. Sementara kebutuhan tenaga terampil per tahun mencapai 750-1.000 orang. Dominasi pekerja masih dari kalangan non SMK yang tidak memiliki basic pendidikan di bidang kerajinan dan mebel. Kondisi itu membuat ongkos produksi meningkat.

“Kami harus beri in house training dulu [bagi calon pekerja bukan SMK]. Padahal biayanya [training] bisa lima persen dari biaya produksi,” kata Setyadi seusai jumpa pers tentang Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Program Vokasi untuk Penguatan Industri Mebel dan Kerajinan di Hotel Grand Palace, Jumat (15/12/2017).

Atas keprihatinan itu, HIMKI bersama Kementerian Perindustrian, Balai Besar Kerajinan dan Batik, dan stakeholder lain, menggelar FGD untuk mewujudkan link and match antara industri dengan sekolah, mengingat selama ini keduanya masih dipandang berjalan sendiri-sendiri.

Advertisement

Setyadi mengatakan, dalam FGD juga telah dibentuk Forum Vokasi Daerah agar kurikulum program vokasi yang diterapkan pada SMK dapat berbanding lurus terhadap serapan tenaga kerja pelaku industri mebel dan kerajinan di DIY.

Hal itu mengingat masih banyak materi yang diajarkan di SMK tidak sesuai dengan kebutuhan industri sehingga hal ini perlu disinkronkan mengingat selera pasar terus berubah seiring perkembangan zaman.

Dalam rangka menambah lulusan SMK terampil, HIMKI juga akan berperan membantu menyusun kurikulum di SMK yang didasarkan pada kebutuhan pelaku industri. HIMKI juga akan menjadi praktisi sehingga ke depan industri sendiri yang akan menyerap para lulusan SMK tersebut.

Advertisement

Saat ini, dari 14 SMK di DIY yang memiliki jurusan seputar kerajinan dan mebel, baru lima SMK yang menjalin kerja sama dengan HIMKI, diantaranya SMKN 5 Jogja, SMKN 3 Jogja, SMKN 1 Kalasan, SMKN 1 Pengasih Kulonprogo, dan SMKN 3 Kasihan, Bantul.

Gatot Mujiana selaku Wakil Ketua HIMKI Bidang SDM dan Produksi mengatakan, beberapa siswa SMK yang melakukan praktik industri sudah mulai dibina. “Mereka kami evaluasi dan kami arahkan. Kami ajarkan tentang apa yang belum ada di sekolah,” tuturnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif