Jogja
Sabtu, 16 Desember 2017 - 06:20 WIB

Belajar dari Badai Cempaka, Warga DIY Harus Selalu Waspada

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengendara melintasi Jalan Solo (timur Plaza Ambarrukmo) yang tergenang air karena hujan yang terus turun, Selasa (28/11/2017). (Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

BMKG Pusat meminta kepada DIY untuk mewaspadai bantaran sungai

Harianjogja.com, SLEMAN – BMKG Pusat meminta kepada DIY untuk mewaspadai bantaran sungai terutama Oya yang beberapa waktu lalu mengalami luapan. Meski badai Cempaka wilayah daratan Indonesia hanya terkena ekornya, namun dampaknya tergolong besar dan intensitas hujan durasi lama kemungkinan masih akan terjadi.

Advertisement

Hal itu disampaikan dalam seminar Mengenali dan Merespon Badai Tropis Cempaka-Dahlia di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat (15/12/2017).

Kasubag Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko menyatakan, pihaknya akan menyampaikan apapun bentuk hasil analisis dan pengamatan jika ditemukan bibit siklon yang berdampak pada perubahan cuaca ekstrim, gelombang hingga.

Ke depan BMKG sedang membangun infrastruktur pemantau hingga sampai ke akar rumput. Tetapi butuh kolaborasi dan integrasi dengan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah, institusi penelitian, lembaga perguruan tinggi, CSR atau swasta dan media massa.

Advertisement

“Peran media massa sangat penting dalam hal ini,” terangnya di UII, Jumat (15/12/2017)

Menurutnya, badai Cempaka memang tidak akan sampai ke daratan Indonesia, kecuali bagian ekornya. Jika cikal bakalnya badai memang berawal dari perairan di Indonesia dengan tumbuh dan berkembang di lautan, setelah terbentuk badai kemudian menjauh dari wilayah daratan Indonesia.

Apabila cikal bakal itu berada di selatan maka bergeraknya ke barat daya atau ke selatan serta ke timur atau ke selatan. Kalau cikal bakal di utara, maka bergerak ke barat atau ke utara, ke timur atau ke utara.

Advertisement

“Pasti menjadi pertanyaan, karena apa Indonesia tidak terkena badai? Itu hukum alam, dalam hal ini bumi berputar pada porosnya, dia berputar mengelilingi matahari. Dua impact-nya itu membuat gaya yang namanya gaya belok untuk wilayah tropis dimanapun berada, itu yang menyebab kita nggak pernah terkena [badai],” ungkap dia.

Ia memprediksi curah hujan akan terus meningkat dengan intensitas lama, terutama pada bulan Januari 2018 mendatang. Karena ciri di puncak musik adalah hujan tak kenal waktu, durasinya lebih dari lima jam.

“Tanpa ada [badai] cempaka, trennya seperti itu. Kalau ada bibit badai yang lebih dekat jaraknya dengan daratan atau pantai wilayah Indonesia, menambahkan potensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan,” tegas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif