Jogja
Kamis, 14 Desember 2017 - 01:20 WIB

Dampak Badai Cempaka, Sleman Rugi Rp5,3 Miliar

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo Kabupaten Sleman. (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Jumlah kerusakan tersebut dihitung di 16 kecamatan di Sleman

Harianjogja.com, SLEMAN-Kerusakan dan kerugian akibat Badai Cempaka di Sleman mencapai Rp 5,3 miliar. Dampak kerusakan paling parah dirasakan di Kecamatan Prambanan.

Advertisement

 

Jumlah kerusakan tersebut dihitung di 16 kecamatan di Sleman. Makwan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman mengatakan sektor yang paling banyak menderita kerusakan akibat bencana beberapa waktu lalu itu ialah infrastruktur. “Infrastruktur sekitar Rp3,6 miliar sendiri,” ujarnya, Rabu (13/12/2017).

Advertisement

Jumlah kerusakan tersebut dihitung di 16 kecamatan di Sleman. Makwan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman mengatakan sektor yang paling banyak menderita kerusakan akibat bencana beberapa waktu lalu itu ialah infrastruktur. “Infrastruktur sekitar Rp3,6 miliar sendiri,” ujarnya, Rabu (13/12/2017).

 

Selain itu, kerusakan dan kerugian lainnya ialah sektor perumahan berkisar Rp1 miliar. Meski jumlahnya lebih kecil, sektor perekonomian juga mengalami kerugian sebanyak Rp402 juta dan sebesar Rp182 juta. Saat ini, Pemkab Sleman sudah melakukan sejumlah perbaikan yang sifatnya darurat pada titik yang mengalami kerusakan ini.

Advertisement

Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto mengatakan, hampir semua kecamatan di Sleman terdampak bencana akibat cuaca ekstrem ini kecuali Kecamatan Turi. “Paling parah di Prambanan, efek tanah longsor, jalan ketutup, dan ambles hingga jalur ambrol,” katanya.

 

Sementara, untuk kecamatan lainnya, paling tidak tiga sampai empat titik lokasi terdampak dan mengalami kerusakan dalam berbagai skala. Dua hari pascabencana, perbaikan sudah mulai dilakukan mulai dan kemudian diperpanjang menjadi pemulihan, tambah Joko.

Advertisement

 

Pemulihan ditargetkan selesai bulan ini salah satunya dengan pemasangan bronjong di jalan yang rawan longsor oleh masyarakat dan dibantu relawan. Pihaknya juga setiap hari melakukan pemantauan di sejumlah lokasi yang rawan.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk terus waspada karena diperkirakan cuaca ekstrem akan memuncak pada Januari dan Februari mendatang. Akan dilakukan pula evaluasi kembali terkait kesiapsiagaan baik di tingkat pemerintah, kecamatan hingga desa menghadapi cuaca ekstrem.

 

Advertisement

Ia beranggapan masyarakat sebenarnya sudah cukup siap menghadapi bencana dengan pelatihan dan pendidikan yang diberikan selama ini salah satunya dengan Desa Tangguh Bencana (Destana) dan sekolah siaga bencana (SSB).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif