Jogja
Rabu, 13 Desember 2017 - 19:40 WIB

Ini Sesajen yang Dianggap Baik Saat Menyembah Dewa

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Tionghoa punya tradisi menyembah dewa dengan membawa sesajian.

Harianjogja.com, JOGJA–Masyarakat Tionghoa terutama yang menganut kepercayaan Khonghucu masih mempercayai pentingnya persembahan untuk para dewa. Wujud persembahan yang dipilih tidak asal-asalan, tetapi yang memiliki simbol terbaik.

Advertisement

Pengelola Klenteng Tjen Ling Kiong, Margomulyo mengatakan, persembahan untuk rupang dewa biasanya dalam wujud buah dan makanan. Buah yang digunakan pun tidak sembarangan. Kebanyakan adalah pisang, jeruk, dan apel. “Pisangnya pakai yang raja dan emas. Yang levelnya paling tinggi jadi memberi yang terbaik untuk para dewa,” katanya, Rabu (13/12/2017).

Sementara jeruk merupakan buah yang lekat dengan budaya Tionghoa. Tidak hanya sebagai persembahan, jeruk juga sering dibagikan dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Beberapa kalangan bahkan menempatkan hiasan buah tanaman jeruk di dalam rumahnya.

Jeruk diyakini sebagai pembawa rejeki. Warnanya yang orange melambangkan emas sehingga diharapkan mampu membawa peruntungan bagi pemilik atau orang yang memakannya. Buah ini juga melambangkan keharmonisan karena buahnya yang bergerombol mewujudkan sebuah kesatuan.

Advertisement

Saat digunakan sebagai persembahan di depan rupang dewa, jumlah buah jeruk harus ganjil. Margo mengatakan, aturan tersebut berlaku untuk jenis persembahan lainnya, baik itu buah, makanan jajan pasar, maupun dupa.

Jenis persembahan yang disajikan memiliki rasa manis, dengan harapan doa yang dikirimkan kepada Tuhan melalui para dewa bisa berbuah manis. Sebenarnya, kata Margo, sifat persembahan untuk rupang dewa wajib bagi yang mampu, sementara bagi yang tidak mampu juga tidak dapat dipaksakan.

Di Klenteng Tjen Ling Kiong atau yang lebih dikenal dengan Klenteng Poncowinatan, persembahan komplet kepada para dewa hanya dilakukan pada tanggal 1 setiap bulan menurut penanggalan Imlek. Angka satu atau saat bulan sedang mulai muncul, dianggap memiliki kekuatan alam yang berbeda dengan saat tanggal 15 yang terjadi bulan purnama.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif