Soloraya
Rabu, 13 Desember 2017 - 06:00 WIB

Akan Dimuseumkan, Ini Riwayat 1 Abad Pintu Air Demangan Solo

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pintu air Demangan Solo (Dok/JIBI/Solopos)

Pintu air Demangan Solo hampir berusia 1 abad dan akan dimuseumkan oleh pemerintah.

Solopos.com, SOLO — Pintu air Demangan di Kampung Demangan, Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo, kini mencapai usia hampir satu abad. Infrastruktur pengendali banjir Bengawan Solo itu dibangun oleh Sinuhun Pakubuwono (PB) X pada tahun 1918.

Advertisement

Saat ini, pintu air ini dikelola Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

“Sejarahnya itu [pintu air Demangan] dulu dibangun bersamaan dengan pembangunan pintu air di Dam Tirtonadi,” kata Kabid Drainase Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo, Arif Nurhadi, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (6/12/2017).

Advertisement

“Sejarahnya itu [pintu air Demangan] dulu dibangun bersamaan dengan pembangunan pintu air di Dam Tirtonadi,” kata Kabid Drainase Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo, Arif Nurhadi, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (6/12/2017).

Solo yang berada di wilayah pertemuan dua sungai yakni Sungai Bengawan Solo dan Kali Pepe menjadi wilayah langganan banjir. Banjir besar pernah melanda Solo pada tahun 1861, 1866, 1886, 1899, 1902, 1903, 1916, dan terbesar pada 1966. Setelah 1966, banjir terus mengintai Solo dan terjadi pada 1968, 1973, 1974, 1975, 1982, 1993, 2007, 2009, 2010, dan 2013.

Buku Sinuhun Pakubuwono X Pejuang dari Surakarta Hadiningrat, menjelaskan pembangunan untuk pengendalian banjir dimulai tahun 1900 dengan menelan biaya yang sangat besar. Biaya itu tidak ditanggung sendiri oleh PB X melainkan bersama Mangkunagara VI. Keduanya berkoalisi membangun infrastruktur pengendali banjir berupa tanggul, pintu air, dan sudetan. Salah satunya pintu air Demangan.

Advertisement

Waluyo sempat menunjukkan tumpukan papan yang tersimpan di ruang pompa besar di komplek pintu air. Papan-papan itu merupakan bekas pintu air, yang diganti pada kisaran tahun 2012. “Ini kayu asli peninggalan PB X. Salah satu papan pintu ada yang bercap PB X.”

Satu paket dengan pintu air, di atasnya ada jembatan yang menghubungkan Sangkrah dengan Gandekan. “Jembatan itu juga mestinya layak untuk masuk BCB,” tutur Waluyo.

Setelah banjir besar yang terjadi pada tahun 1966, kinerja pintu air Demangan menurun sehingga pada tahun 1976, atas sumbangan Ir.Sutami, pintu air Demangan dilengkapi dengan pompa air sebanyak 3 unit.

Advertisement

“Jadi sekarang di sini ada tiga pompa kecil dan dua pompa besar yang baru dioperasikan 2000. Yang besar itu daya pompanya mencapain 3.000 meter kubik per menit, kalau yang kecil masing-masing 1.000 meter kubik per menit.”

Kini, Pemkot Solo berencana “memuseumkan” pintu air Demangan dan berencana membangun pintu air yang baru. Waluyo berharap pintu air yang akan dibangun mendekati Sungai Bengawan Solo memiliki kekuatan yang lebih baik ketimbang pintu air Demangan yang dibangun era kolonial itu.

“Yang ini bisa bertahan hampir satu abad bahkan lebih. Mudah-mudahan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini, proyek pintu air yang baru bisa lebih tangguh lagi,” ujar Waluyo.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif