Jogja
Senin, 11 Desember 2017 - 16:40 WIB

Lahan di Gunungkidul Dijanjikan Jadi Ladang Garam, Sekarang Begini Nasibnya

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sartilah, salah seorang petani garam di Pantai Sepanjang menunjukkan tanaman jagung yang ditanam di area lahan untuk budidaya garam beberapa waktu lalu. (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Heboh budidaya garam di DIY kini menguap kabarnya.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Pengembangan budidaya garam di Pantai Sepanjang, Desa Kemadang, Tanjungsari belum terealisasi hingga sekarang. Malahan lahan yang sedianya untuk budidaya berubah fungsi menjadi ladang jagung.

Advertisement

Pemerintah DIY telah menetapkan kawasan Pantai Sepanjang sebagai lokasi untuk pengembangan garam di wilayah DIY. Guna mewujudkan proses tersebut, pada pertengahan Agustus lalu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X telah melakukan peninjauan ke lokasi yang dilengkapi petakan terpal dan meja inkubator untuk produksi garam.

Namun demikian, kondisi tersebut telah berubah karena lahan yang sedianya untuk memproduksi garam, oleh petani digunakan menanam jagung. Salah seorang petani garam di Pantai Sepanjang, Sartilah mengakui untuk wacana budidaya garam belum sepenuhnya berjalan dengan lancar. pasalnya hingga saat ini, bantuan yang sempat dijanjikan oleh Pemerintah DIY belum juga turun.

“Inilah kenapa warga memanfaatkan lahan untuk budidaya digunakan menanam jagung,” kata Sartilah kepada Harianjogja.com, Jumat (8/12/2017).

Advertisement

Menurut dia, penanaman jagung bukan berarti warga tidak setuju dengan program budidaya garam yang digulirkan pemerintah. Namun, penamaan tersebut lebih karena agar tanah yang tersedia tetap produktif sehingga dapat memberikan hasil kepada petani. “Intinya kami siap memproduksi garam, tapi hingga sekarang bantuan dari pemerintah juga belum ada. Jadi untuk sementara lahan dimanfaatkan guna menanam jagung,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Tri Satimin, petani garam lainnya di Pantai Sepanjang. Menurut dia, meski ada lahan jagung tidak menghentikan usaha produksi walaupun dalam skala yang sangat kecil. “Kami tetap produksi hanya dengan menggunakan meja-meja inkubator. Sedang untuk produksi yang memanfaatkan tambak yang terbuat dari terpal dihentikan karena lahannya digunakan menanam jagung,” kata Tris, sapaan akrabnya.

Meski demikian, sambung dia, cuaca buruk yang terjadi beberapa waktu lalu ikut berpengaruh terhadap usaha pembuatan garam karena berhenti total. “Meja inkubator yang dimiliki sempat terendam banjir, sedang air laut juga kotor sehingga pembuatan dihentikan,” ujarnya.

Advertisement

Terpisah, Camat Tanjungsari Rakhmadian Wijayanto tidak menampik jika program budidaya garam di Pantai Sepanjang belum optimal. Hal ini disebabkan karena bantuan dari Pemerintah DIY yang sempat dijanjikan belum juga diturunkan.

Menurut dia, pemerintah kecamatan maupun petani hanya bisa menunggu. Kedati demikian, Rakhmadian menegaskan apabil program budidaya tetap dijalankan karena produksi garam dapat menambah manfaat bagi warga sekitar. “Kalau tidak sekarang, ya tahun depan bantuannya bisa turun. Yang jelas, kami tidak akan berhenti karena program budidaya akan jalan terus,” kata mantan Sekretaris Camat Karangmojo ini.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif