Jogja
Minggu, 10 Desember 2017 - 11:20 WIB

Peminat Bahasa Jepang Masih Didominasi Jenjang SMA

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bahasa Jepang - ilustrasi (mycpl.org)

Pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia secara formal sudah berjalan lebih dari 50 tahun

Harianjogja.com, BANTUL- Minat terhadap pembelajaran Bahasa Jepang di Indonesia terus meningkat, tetapi masih didominasi pada siswa jenjang SMA. Pembelajaran bahasa Jepang perlu terus dikembangkan, terutama di ranah perkuliahan.

Advertisement

Persoalan itu dibahas dalam Seminar Nasional Dinamika Perkembangan Bahasa Jepang di Indonesia yang dilaksanakan di auditorium gedung KH Ibrahim E6 di kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (9/12/2017).

Dedi Sutedi selaku pemateri kunci dalam seminar itu menyampaikan, pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia secara formal sudah berjalan lebih dari 50 tahun. Berawal dari pelajaran minor di SMA di wilayah Jawa Barat dan kemudian berkembang menjadi sebuah jurusan tersendiri di Universitas Padjajaran (UNPAD). Seiring waktu berjalan, ada banyak kemajuan, tetapi masih banyak masalah yang tersisa, utamanya terkait metode pembelajarannya.

Mengingat, dari banyaknya pembelajar Bahasa Jepang, saat ini masih didominasi oleh siswa SMA. Akibatnya, mayoritas pembelajar bahasa Jepang hanya mengenal bahasa jepang semata dan sangat kecil persentasenya yang memiliki keterampilan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Jepang dengan baik.

Advertisement

“Saat ini ada banyak perguruan tinggi yang mengajarkan Bahasa Jepang, baik sebagai mata kuliah jurusan maupun mata kuliah pilihan. Kemudian, ada pula yang mendirikan program studi Bahasa jepang, umumnya perguruan tinggi di Indonesia mengarahkan peminat bahasa Jepang pada jurusan yaitu Sastra atau Budaya Jepang dan Pendidikan Bahasa Jepang,” terangnya dalam rilis yang dikirim kepada Harian Jogja, Sabtu (9/12/2017).

Ia menambahkan, mahasiswa S1 setiap jurusan dituntut untuk memenuhi target setara dengan N3 dalam standar kemampuan tes berbahasa Jepang yang dikenal Nihongo Nouryoku Shiken atau Japanese Language Proficiency Test (JLPT). Kemajuan pembelajaran Bahasa Jepang juga harus diikuti dengan penyelesaian masalah yang menyertai.

Persoalan antara lain, tingkat pencapaian lulusan S1 yang memiliki N3 masih rendah. Penyebabnya, kesempatan untuk mengikuti JLPT hanya tersedia dua kali dalam setahun, padahal ujian sidang dapat dilaksanakan setiap bulan.

Advertisement

“Masalah juga didapati dalam mata kuliah pembelajaran keterampilan Bahasa Jepang pada mahasiswa, baik dalam mempelajari Hyouki [Kanji] hingga Sakubun [menulis]. Misal dalam pengajaran Hyouki, seringkali penyebabnya berasal dari metode pengajaran yang cenderung monoton dan juga kemampuan mahasiswa untuk menyerap dan memahami huruf kanji yang jumlahnya ribuan terbilang lambat,” tegasnya.

Kendala itu, kata dia, sebenarnya dapat diatasi secara bersama oleh para pendidik. Terutama dengan memanfaatkan asosiasi profesi yang dimiliki oleh para pendidik bahasa Jepang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif