Jateng
Sabtu, 9 Desember 2017 - 08:50 WIB

ELPIJI SEMARANG : Diajak Pakai Bright Gas, Begini Jawaban Pembuat Kulit Lumpia...

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin membuat kulit lumpia di Kampung Kranggan, Semarang, Jumat (8/12/2017). (Imam Yuda S./JIBI/Semarangpos.com)

Elpiji nonsubsidi, Bright Gas, penggunaannya digencarkan di Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Bagian Tengah (JBT) mengajak para pembuat kulit lumpia di Kota Semarang beralih menggunakan elpiji non-subsidi, Bright Gas. Namun, apakah para pembuat kulit lumpia itu berkenan menggunakan elpiji non-subsidi yang harganya lebih tinggi tiga kali lipat dari elpiji subsidi atau 3 kg yang biasa mereka gunakan?

Advertisement

Upaya mengajak para pembuat kulit lumpia itu dilakukan Pertamina dengan mencanangkan Kampung Lumpia di Kelurahan Kranggan, Kota Semarang, sebagai Kampung Sentra Kuliner Bright Gas, Jumat (8/12/2017).

General Manager PT Pertamina MOR IV JBT, Yanuar Budi H., mengaku pencanangan kampung Bright Gas tersebut dilakukan untuk mendongkrak penjualan gas bertabung merah muda tersebut.

Advertisement

General Manager PT Pertamina MOR IV JBT, Yanuar Budi H., mengaku pencanangan kampung Bright Gas tersebut dilakukan untuk mendongkrak penjualan gas bertabung merah muda tersebut.

“Kami berharap dengan pencanangan ini Bright Gas lebih populer di masyarakat, sehingga penggunaannya juga turut meningkat,” tutur Yanuar di sela acara pencanangan kampung Bright Gas tersebut.

Kendati demikian, strategi Pertamina itu apakah akan diaplikasi oleh masyarakat Kampung Kranggan, yang mayoritas pelaku industri kulit lumpia.

Advertisement

“Kalau Bright Gas belinya bisa mencapai Rp70.000 per tabung. Sedangkan, gas melon cuma Rp20.000 per tabung. Tentunya, kami pilih yang lebih murah,” ujar Sapto saat dijumpai Semarangpos.com di sela membuat kulit lumpia di rumahnya.

Sapto mengaku dengan menggunakan Bright Gas memang lebih irit. Dalam satu hari ia hanya menghabiskan dua tabung Bright Gas untuk membuat sekitar 1.400 kulit lumpia. Sedangkan dengan elpiji 3 kg, ia menghabiskan 3-4 tabung perharinya.

“Tapi harganya itu loh yang beda jauh. Jadi, belum tahu apa setelah ini masih pakai elpiji 3 kg atau beralih ke Bright Gas yang 5,5 kg,” beber Sapto.

Advertisement

Senada juga diungkapkan Mahmudi, 36. Pembuat kulit lumpia yang tinggal di RT 02, RW 01 itu mengaku masih ragu beralih ke Bright Gas.

“Sekarang tiap hari saya buat kulit lumpia mencapai 2.000 per hari. Dijual per kulitnya Rp2.000-4.000. Kalau dihitung-hitung keuntungannya enggak seberapa. Belum ditambah pengeluaran beli Bright Gas yang cukup mahal,” tutur Mahmudi.

Terpisah, Kepala Desa Kranggan, Agus Ritanto, berharap warganya turut berkontribusi dalam menyukseskan program elpiji non-subsidi dari Pertamina. Salah satunya dengan mulai menggunakan Bright Gas dibanding elpiji 3 kg.

Advertisement

“Mereka [Pertamina] sudah banyak memberikan fasilitas ke kami. Mereka membenahi infrastruktur, seperti Balai RW, tempat bermain, dan juga akses ke kampung. Kami harap warga ikut menjaga dan juga menggunakan elpiji nonsubsidi,” beber Agus.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif