Entertainment
Jumat, 8 Desember 2017 - 20:08 WIB

Teater Tentacle IAIN Surakarta Suguhkan Elegi Cinta Sang Dewi Kematian

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam pentas teater Elegy of the Valkyries oleh Kelompok Teater Berbahasa Inggris Tentacle dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Solo, Kamis (8/12) malam. (Istimewa/Dokumen Teater Tentacle/Rahmat Syamsudin)

Elegi cinta Dewi Kematian  dikisahkan dalam pentas teater singkat oleh Kelompok Teater Berbahasa Inggris Tentacle IAIN Surakarta di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kamis (7/12/2017) malam.

Solopos.com, SOLO–Sigrun, putri Dewa Kematian, Odin, harus mempertanggungjawabkan pelanggaran besar yang telah dilakukan. Tugasnya mencabut nyawa manusia bernama Helgi Hundingsbane diurungkan. Rasa cintanya kepada Helgi terlalu besar hingga tak tega melihat sang kekasih meninggal. Kesalahan atas nama cinta yang dilakukan Dewi Kematian ini didengar saudaranya sesama valkyrie (dewi/dewi dalam Mitologi Nordic).

Advertisement

Tak ada ampun baginya. Di singgasana keluarga, Sigrun dihakimi. Ia dihukum dengan tiga lapis api yang menyakitkan. Sementara sang kekasih tetap harus menjalani takdirnya meninggal dunia. Nyawanya dicabut oleh Head of Valkyries paling kejam, Reginleif.

Elegi cinta Dewi Kematian dan seorang manusia dari mitologi Eropa ini dikisahkan dalam pentas teater singkat oleh Kelompok Teater Berbahasa Inggris Tentacle IAIN Surakarta di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kamis (7/12/2017) malam. Lampu temaram dan syair-syair
kesedihan mengiringi narasi kepedihan cinta Sigrun dan Helgi.

Di pengujung cerita, keduanya dipertemukan. Namun memori masa lalunya dihapuskan, Sigrun diganti nama menjadi Kara. Tak ada keraguan, Kara dan Helgi saling bertatap muka. Mereka menyatu dalam pelukan dan ciuman hangat meski sama-sama lupa asalnya.

Advertisement

Bahasa Inggris

Dibawakan dalam Bahasa Inggris, pentas teater Elegy of The Valkyries tak membuat penonton bingung dengan isi cerita. Narasi kepedihan atas perpisahan Sigrun dan Helgi mudah dibaca lewat seting dan kemampuan akting para pemain. Salah satu penonton, Atqiya Baroroh, terkesan
dengan pentas tersebut. Meski membawakan kisah dari budaya Eropa, pemain bisa masuk dalam cerita. Hanya beberapa kalimat susah ditangkap maknanya karena pelafalan Bahasa Inggris kurang jelas. “Pentasnya seperti penokohan, alur, gitu sudah jelas. Secara keseluruhan bagus.
Tapi masukan aja di Bahasa Inggrisnya beberapa kurang jelas,” kata dia.

Elegy of the Valkyries tak hanya menyoal cinta, mereka juga menggambarkan kebersamaan keluarga. Menurut Pembimbing Tentacle SF Luthfie Arguby Purnomo, tema itu yang konsisten mereka angkat sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya selain Jawa, Tentacle juga sering mengangkat cerita berdasar budaya negara lain seperti Tiongkok, Jepang, dan Bollywood.

Advertisement

“Tema keluarga dengan budaya berbeda seperti mewakili kami di IAIN. Kami dari budaya berbeda, jurusan berbeda, tetapi tetap rukun dan saling toleransi, mengedepankan keterbukaan, dan berbagi,” kata dia, Kamis.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif