Jogja
Kamis, 7 Desember 2017 - 12:40 WIB

Bukit di Pesisir Bantul Hilang Ditelan Tambang

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi salah satu titik penambangan liar di RT 01 Dusun Karanganyar, Desa Murtigading, Kecamatan Sanden yang telah rusak dan ditinggalkan penambang, Rabu (6/12/2017). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Warga tutup paksa sejumlah titik penambangan tak berizin alias ilegal.

Harianjogja.com, BANTUL–Praktik penambangan pasir liar di wilayah RT 01 Dusun Karanganyar, Desa Murtigading, Kecamatan Sanden menyebabkan hilangnya bukit di sisi utara jalur jalan lintas selatan (JJLS), ambrolnya jalan aspal sepanjang kurang lebih 300 meter dan robohnya tiang listrik di beberapa titik.

Advertisement

Pasalnya penambangan liar tersebut sudah terjadi selama puluhan tahun. Melihat kerusakan lingkungan yang makin parah,Rabu (6/12/2017), masyarakat setempat berinisiatif menutup empat titik penambangan liar tersebut.

Salah satu warga, Sihono menuturkan sebenarnya ada sekitar delapan titik lokasi penambangan di wilayahnya namum empat lainnya telah berhenti, ditinggalkan karena sudah tak lagi menghasilkan. Salah satunya yang terletak di utara JJLS.

Saat Harianjogja.com menyambangi lokasi tersebut, kerusakan yang terjadi terpantau parah. Beberapa tiang listrik yang ada di jalur tersebut roboh dengan kabel yang terjulur ke bawah. Sedangkan jalan aspal selebar tiga meter yang menjadi penghubung lahan-lahan pertanian, kini ambrol dan hanya menyisakan aspal seluas 0.5 meter saja.

Advertisement

Padahal menurut Sihono selain untuk lalu lintas petani, jalan tersebut juga dimanfaatkan peternak yang mempunyai kandang di sekitar lokasi tersebut. Karena ambrolnya jalan itu, kini peternak dan petani hanya dapat menggunakan sepeda motor untuk menganggkut pakan maupun hasil pertaniannya. Itu pun harus dilakukan dengan hati-hati karena jalan yang ambrol tersebut ada di ketinggian sekitar 12 meter. Bahkan tidak ada pengaman lagi di jalan tersebut, menilik pasir yang ada sudah terekspos. “Sudah ambrol sekitar dua bulan lalu, padahal ini pasir kalau musim kemarau akan lebih bahaya lagi,” ujarnya.

Sihono juga menyebut dahulu lokasi ini merupakan bukit. Namun akibat penambangan pasir yang dilakukan puluhan tahun, luas bukit sudah banyak berkurang. Apalagi pada 2014 lalu, penambangan makin marak dilakukan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif