Jogja
Selasa, 5 Desember 2017 - 16:40 WIB

178 Hektare Tanaman Pangan di Gunungkidul Gagal Penen

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang warga mengambil gambar lahan tergenang di Gunungkidul akibat banjir pada akhir November 2017. (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Ribuan hektare terdampak banjir.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Gunungkidul pekan lalu menyebabkan sedikitnya 178 hektare tanaman pangan mengalami gagal panen atau puso. Jumlah tersebut diperkirakan masih dapat bertambah lantaran sebagian lahan masih dalam pendataan.

Advertisement

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan terdapat 1.437 hektare tanaman pangan seperti padi, jagung, dan ubi yang terdampak banjir. “Berdasarkan data sementara ada 178 hektare lahan yang gagal panen atau puso,” kata dia kepada wartawan, Selasa (5/12/2017).

Tanaman pangan yang gagal panen tersebut hampir tersebar di 18 kecamatan. Namun untuk lokasi yang paling terdampak parah adalah lahan pertanian yang berada di pinggir aliran Sungai Oya, yakni di wilayah Kecamatan Karangmojo. Ada 105 hektare lahan pertanian yang terhempas derasnya arus sungai yang meluap di wilayah kecamatan tersebut.

“Saat ini petugas dari provinsi masih melakukan pendataan di lapangan. Memastikan lagi apakah ada tambahan yang puso atau dapat pulih kembali,” ujarnnya. Tambahnya lagi meskipun ada ratusan lahan yang puso, namun ada sebagian lahan seperti di Kecamatan Semin yang sudah mulai pulih.

Advertisement

Sementara itu bagi petani yang mengalami gagal panen, pihaknya akan memberikan bantuan seberupa benih. Dana khusus untuk kondisi darurat tersebut disediakan untuk satu ton benih jagung yang dapat ditanam di lahan seluas 60 hektare. Sedangkan dari Balai Pengakajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY juga menyediakan benih sebanyak satu ton atau setara 40 hektare.

“Bagi petani yang mau silahkan mengambil benih yang kami sediakan untuk menambal sulam tanaman yang mati,” kata Raharjo.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif