Jogja
Senin, 4 Desember 2017 - 08:55 WIB

Rawan Longsor, 18 KK di Prambanan Direkomendasikan Direlokasi

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Talut yang berada di lingkup RT 06/03 Jali, Gayamharjo lonsgor yang membuat rumah warga jebol, Selasa (28/11/2017). (IST/FPRB Prambanan)

Sabtu (2/12/2017) relawan melakukan pengosongan tiga rumah warga Sengir, Sumberharjo

Harianjogja.com, SLEMAN-Empat Kepala Keluarga (KK) di Wukirharjo, Prambanan masuk usulan rekomendasi yang direlokasi. Jumlah tersebut menambah jumlah 14 KK lainnya di wilayah Sumberejo yang masuk daftar rekomendasi untuk direlokasi.

Advertisement

Ketua Forum Komunikasi Komunitas Relawan Sleman (FKKRS) Yoga Nugroho mengatakan, hasil evaluasi yang sudah positif masuk pembahasan mekanisme relokasi sebanyak 14 KK dari Dusun Ndayakan dan Sengir Desa Sumberharjo. Jumlah tersebut belum termasuk empat KK lainnya yang juga direkomendasikan untuk direlokasi di Desa Wukirharjo. “Ini masih akan dibahas lebih lanjut oleh Kades Wukirharjo bersama Camat Prambanan,” katanya, Minggu (3/12/2017).

Sabtu kemarin, relawan melakukan pengosongan tiga rumah warga Sengir, Sumberharjo. Kebijakan itu lakukan karena tanah di atas ketiga rumah tersebut sudah bergerak dan mengancam keberadaan ketiga rumah tersebut. Salah saru rumah yang dikosongkan adalah milik Mardiono warga RT 3/RW 26 Dusun Sengir, Sumberharjo. Untuk sementara, Mardiono mengaku saat ini masih mengungsi ke rumah tetangganya.

Yoga menjelaskan, Siklon Tropis Cempaka yang melanda wilayah Sleman pada 28 – 29 November lalu berdampak bencana di 16 kecamatan dari 17 kecamatan di Sleman. Dampak di 12 kecamatan selain ketiga kecamatan (Prambanan, Mlati, Seyegan dan Gamping) adalah pohon tumbang, dengan kerusakan menimpa rumah ataupun jaringan listrik dan telepon. “Kecamatan yang tidak terdampak adalah kecamatan Turi,” jelasnya.

Advertisement

Adapun total 68 kejadian yang dilaporkan dan tertangani oleh BPBD Sleman bersama komunitas relawan. Di Prambanan terdapat 12 titik pengungsian mandiri dengan total 87 jiwa. Dari jumlah tersebut tercatat 10 lansia yang mengungsi. Logistik dari BPBD Sleman sudah terdistribusi sejak paska kejadian. Di Mlati, terdapat dua titik pengungsian mandiri sebanyak empat KK, dampak longsor tebing sungai. Adapun di Gamping terdapat satu titik pengungsian mandiri satu KK juga dampak longsor.

Semua pengungsian mandiri sudah mendapatkan distribusi logistik dari BPBD Sleman dan Dinsos Sleman, serta mendapat bantuan dari masyarakat. “Sesuai SK Bupati Sleman nomor 128/Kep.KDH/A/2017 mengenai Status Keadaan Darurat Bencana Kabupaten Sleman, katanya, FKKRS tetap siaga untuk penanggulangan bencana,” ujarnya.

Sejauh ini, sambung Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Prambanan Bandung Bondowoso Prawoto Brewok evakuasi pohon tumbang dan material longsor tidak hanya dilakukan Wukirharjo, tetapi juga Sumberhajo, Sambirejo, Bokoharjo dan Gayamharjo. Proses evakuasi saat ini sudah mencapai lebih dari 80%. “Saat ini penanganan masih berlangsung tinggal sekitar 20 persen saja,” katanya.

Advertisement

Sebelumnya, Kepala Desa Sumberharjo Lekta Manuri membenarkan rencana relokasi ke 14 KK tersebut. Menurutnya, Bupati Sleman segera membahas masalah tanah relokasi ini dengan Gubernur DIY. Sebab, tanah relokasi (tanah kas desa) yang disediakan juga membutuhkan persetujuan dari Gubernur. “Kami masih menunggu keputusan Gubernur,” kata Lekta.

Diakuinya, lokasi longsor di Ndayakan, Sengir maupun Nglepen memang membahayakan bagi warga. Pemukiman warga terdampak, katanya, tidak ada dalam satu area tetapi di beberapa titik. Hal itu sudah sering diingatkan oleh relawan bencana. Hanya saja, ada beberapa dari mereka yang masih enggan untuk direlokasi. “Ini dimaklumi karena secara psikologis membutuhkan waktu untuk direlokasi. Kami berharap mereka menyadari bahaya longsor itu,” harap Lekta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif