Kolom
Jumat, 1 Desember 2017 - 06:00 WIB

GAGASAN : Pertanian Maju, Petani Sejahtera

Redaksi Solopos.com  /  Ichwan Prasetyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Budi Sutresno

Gagasa ini dimuat Harian Solopso edisi Kamis (16/11/2017). Esai ini karya Budi Sutresno, anggota staf Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar.

Solopos.com, SOLO–“Maju Pertaniannya, Sejahtera Petaninya” adalah semacam doa yang diilhami dari tagline Pemerintah Kabupaten Karanganyar menjelang perayaan seabad Kabupaten Karanganyar, yaitu “Maju dan Sejahtera”. Kabupaten yang juga sering disebut Bumi Intanpari (industri, pertanian, pariwisata) ini merayakan hari jadi yang ke-100 pekan ini.

Advertisement

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012, Kabupaten Karanganyar termasuk  sebagai kawasan pertanian padi. Lengan luas sawah hanya 22.489 hektare, masih jauh dibanding dengan Kabupaten Sragen, apalagi Kabupaten Cilacap. Kementerian Pertanian memandang ada potensi produksi padi di Kabupaten Karanganyar.

Konsekuensi dari masuknya Kabupaten Karanganyar ke dalam kawasan pertanian padi adalah pemerintah pusat selalu mengucurkan bantuan dana dalam rangka meningkatkan produksi padi bagi Kabupaten Karanganyar. Salah satu keunggulan Kabupaten Karanganyar adalah angka provitas (produksi per hektare) selalu berkisar pada angka enam ton, bahkan pada 2016 provitas padi Kabupaten Karanganyar mencapai  6,3 ton per hektare (BPS 2016).

Angka 6,3 ton per hektare ini di atas angka provitas Propinsi Jawa Tengah dan nasional. Produksi padi Kabupaten Karanganyar selama empat tahun berturut-turut selalu meningkat. Pada 2013 sebanyak 207.403 ton; pada 2014 sebanyak 286.285 ton; pada 2015 sebanyak 317.096 ton; dan pada 2016 sebanyak 340.538.

Peningkatan produksi ini merupakan hasil kerja keras berbagai stakeholders yang berperan di sektor pertanian, yakni perbenihan, pengairan, maupun pupuk. Trisula pertanian (petugas penyuluh lapangan, pengamat organisme pengganggu tanaman, dan mantri tani) bahu membahu hadir, membina, memfasilitasi kebutuhan petani dan kelompok tani. Sudah hampir tiga tahun ini TNI juga dikerahkan memperkuat barisan pendamping petani.

Di bidang introduksi ilmu atau teknologi baru dalam budi daya padi, saya merasakan Kabupaten Karanganyar seperti dianak emaskan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah. Setiap tahun dan setiap ada teknologi baru peningkatan produksi padi, Kabupaten Karanganyar selalu mendapatkan alokasi demonstration plot (demplot). Perhatian BPTP Jawa Tengah tersebut sangat besar manfaatnya bagi kemajuan petani di Karanganyar.

Selanjutnya adalah: Tidak terkendala dalam produksi padi

Advertisement

Tidak Terkendala

Secara on farm, Kabupaten Karanganyar relatif tidak terkendala dalam produksi padi. Off farm yang masih perlu pemikiran dan kerja keras, khususnya tentang kestabilan harga. Pada satu musim tanam petani mendapatkan harga tinggi, pada musim berikutnya petani menangis karena harga jatuh. Permasalahan ini tidak hanya di wilayah Karanganyar, wilayah lain juga, bahkan jadi problem nasional.

Pengembangan padi organik dan padi jenis tertentu di Karanganyar juga tumbuh semakin pesat. Di sektor palawija, Karanganyar diakui secara nasional sebagai sentra ubi jalar. Sentra ubi jalar di Karanganyar ada di Kecamatan Tawangmangu, Karangpandan, Matesih, Ngargoyoso, dan Kecamatan  Jenawi.

Provitas ubi jalar Karanganyar hampir selalu pada kisaran 35 ton per hektare, bahkan pada 2016 provitas ubi jalar Karanganyar mencapai 42,31 ton per hektare. Angka provitas nasional masih di sekitar 15 ton per hektare. Dengan luas panen 704 hektare maka produksi ubi jalar pada 2016 mencapai 29.916 ton.

Di rantai pemasaran, ubi jalar Karanganyar relatif tidak mengalami kendala. Ada empat jalur pemasaran, yaitu langsung ditebas oleh pembeli di lahan; dipanen petani dan dibawa ke pasar;  masuk ke beberapa usaha pengolah ubi jalar menjadi aneka makanan ringan di Kecamatan Tawangmangu dan sekitarnya; dan sebagai bahan baku industri pengolahan ubi jalar menjadi stick ubi jalar yang diekspor ke Korea Selatan sebagai teman minum bir.

Palawija lain seperti jagung masih perlu peningkatan luas tanam di Karanganyar bila ingin sejajar dengan kabupaten lain. Komoditas kedelai di Karanganyar masih tertinggal jauh dibanding kabupaten lain. Masalah pascapanen dan jaminan harga yang membuat petani enggan menanam komoditas yang sedang digenjot produksinya oleh pemerintah pusat saat ini.

Bagi Kementerian Pertanian, bicara hortikultura pasti menyebut Kabupaten Karanganyar. Alam Kabupaten Karanganyar dan sumber daya manusianya mendukung pengembangan komoditas hortikultura, baik buah, sayuran, tanaman obat, dan atau tanaman hias.

Advertisement

Bawang putih lokal adalah produk unggulan Karanganyar yang saat ini jadi pembicaraan nasional. Kabupaten Karanganyar adalah salah satu di antara enam daerah yang setia menanam bawang putih lokal. Daerah lain adalah Solok, Bandung, Temanggung, Bima, dan Lombok Timur.

Selanjutnya adalah: Produksi bawang putih Karanganyar pada 2016 

Bawang Putih

Produksi bawang putih Karanganyar pada 2016 mencapai 2.565 ton dengan luas lahan panen 184 hektare dan hampir semuanya berlokasi di Kecamatan Tawangmangu. Pada saat ini kebutuhan bawang putih nasional 95% masih diimpor dan sebagian besar berasal dari Tiongkok.

Petani Karanganyar siap membangkitkan kembali kejayaan bawang putih Karanganyar seperti sebelum tahun 2000-an. Segera disusun roadmap pengembangan bawang putih nasional untuk mencapai swasembada pada 2019.

Karanganyar dilibatkan oleh pemerintah pusat membahas ini. Saya bersama petani asal Pancot, Kalisoro,Tawangmangu, Bejo Supriyanto, hadir mewakili Karanganyar. Tahun ini Karanganyar termasuk salah satu daerah yang ditunjuk menyiapkan benih untuk kebutuhan nasional. Petani menanam bawang putih untuk dijadikan benih dan akan dibeli oleh badan usaha milik negara mitra Kementerian Pertanian.

Advertisement

Benih bawang putih varietas Tawangmangu Baru menjadi viral di kalangan petani bawang putih nasional. Bawang putih varietas Tawangmangu Baru bila dibudidayakan di Karanganyar produksinya lebih tinggi dibanding varietas pendahulunya, Lumbu Hijau maupun Lumbu Kuning.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dan  Staf Ahli Menteri Pertanian berkunjung ke rumah Bejo Supriyanto selaku penangkat varietas itu untuk memastikan Karanganyar siap menyukseskan swasembada bawang putih dan menjanjikan selalu ada dana bagi pengembangan bawang putih di Karanganyar.

Komoditas lain yang selalu mengangkat Karanganyar di tingkat nasional adalah melon. Ada beberapa faktor yang membuat Karanganyar mejadi salah satu daerah sentra melon nasional. Pertama, Karanganyar memiliki putra daerah yang dikenal sebagai breeder ulung benih buah dan sayuran, khususnya melon, yaitu Mulyono Herlambang.

Dia sering menjadi rujukan Kementerian Pertanian dalam berbagai kebijakan hortikultura. Beberapa varietas melon hasil karya Mulyono antara lain Melon Asli Indonesia (MAI), Lahir di Karanganyar (Ladika), dan Suka Usaha Melon Oke (SUMO).

Selanjutnya adalah: Secara kuantitas masih kalah dibanding produksi daerah

Secara Kuantitas

Advertisement

Kedua, meski secara kuantitas masih kalah dibanding produksi daerah tetangga, secara kualitas melon Karanganyar telah diakui keandalannya. Produksi melon Karanganyar pada 2016 adalah 955 ton dari luas panen 66 hektare. Sentra melon di Kecamatan Karangpandan, Matesih, Jumantono, Jumapolo, dan Mojogedang.

Ketiga, Karanganyar pernah memiliki riwayat mengekspor melon beberapa tahun yang lalu. Kendala pengembangan melon Karanganyar berdasarkan pengalaman saya mendampingi kelompok tani adalah kontinuitas produksi tingkat kabupaten.

Masih sulit menyusun bersama jadwal tanam sehingga tidak tercapai kontinuitas produksi. Pada satu waktu produksi melon melimpah, pada waktu lain pembeli kesulitan mendapatkan melon Karanganyar. Ketika kualitas memenuhi syarat, tetapi kontinuitas produksi belum bisa terjamin, maka pihak ketiga akan pikir ulang untuk membangun ikatan bisnis.

Potensi selanjutnya adalah duku. Duku matesih adalah unggulan Karanganyar. Berkali-kali saya mengantarkan petani Karanganyar mengikuti kontes di tingkat provinsi. Pada 2015 dan 2017 mendapatkan juara I. Keunggulan duku Karanganyar adalah mudah dikupas dan rasanya sangat manis.

Kelemahannya adalah mudah mengalami browning, kulit berubah menjadi cokelat dan berakibat mengurangi kecantikan penampilan. Sentra duku Karanganyar hanya di Kecamatan Matesih dengan produksi pada 2016 sebanyak 467 ton dan dipasarkan di tingkat lokal sampai luar kota.

Potensi ini harus terus dijaga, di antaranya, dengan segera meremajakan pohon-pohon duku. Ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar dengan dukungan dana APBD. Komoditas selanjutnya yang menjadi perhatian Bupati Karanganyar adalah pisang.

Bupati Juliyatmono mengarahkan pengembangan pisang di Kecamatan Jenawi. Sangat masuk akal karena produksi pisang di Karanganyar sebanyak 1.924 ton pada 2016 sebagian besar berasal dari Kecamatan Jenawi disusul Kecamatan Tawangmangu. Jenis yang banyak ditanam adalah ambon kuning dan raja.

Advertisement

Pisang sangat cocok dengan agroklimat Karanganyar dan relatif mudah pemeliharaannya. Pemasaran tidak ada kendala. Tawangmangu sebagai pusat pariwisata siap menampung hasil produksi para petani sebagai oleh-oleh para pelancong. Pisang ambon kuning Tawangmangu sangat terkenal.

Selanjutnya adalah: Memasok pisang untuk Solo dan sekitarnya

Pisang

Karanganyar juga memasok pisang untuk Solo dan sekitanya serta kota besar lainnya. Konon pisang yang keluar dari Tawangmangu untuk pasokan luar kota lebih besar dibanding produksi pisang di Karanganyar. Hal ini terjadi karena banyak daerah lain, terutama Jawa Timur, seperti Pacitan, Trenggalek, yang menitipikan pisang untuk diperam satu atau dua malam di Tawangmangu. Setelah matang, pisang akan lebih harum dan mendapat cap pisang ambon Tawangmangu.

Peluang itu terus digarap Pemerintah Kabupaten Karanganyar dengan mengarahkan dana APBD tiga tahun terakhir ini untuk mempercepat akselerasi perwujudan Kecamatan Jenawi sebagai sentra pisang. Pemerintah Kabupaten Karanganyar juga menggandeng Universitas Sebelas Maret untuk mendampingi pengembangan pisang di Karanganyar.

Jambu merah semakin lama juga menjadi idola petani Karanganyar. Dimulai dari kenekatan Wajibto, seorang petani di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, yang memutuskan menanami sawahnya dengan pohon jambu, pelan-pelan luas kebun jambu merah di Karanganyar bertambah.

Advertisement

Produksi jambu merah di Karanganyar pada 2016 sebanyak 630 ton dari sekitar 60.000 batang pohon jambu yang sebagian besar berada di Kecamatan Ngargoyoso. Buah jambu awalnya dipasarkan sebagai bahan minuman jus.

Petani terus berkreasi. Dari bahan dasar jambu merah mereka membuat selai, es krim, dan aneka makanan lainnya. Kebun jambu disulap menjadi lokasi agrowisata, dilengkapi paket petik jambu, klinik berkebun jambu, sehingga rombongan wisatawan mengalir ke sentra-sentra jambu tersebut.

Durian Karanganyar memiliki cita rasa yang khas dan jarang ditemui di daerah lain. Selain varietas unggul nasional seperti teji dan sukun, terdapat beberapa varietas lokal sperti bodong (Jatipuro), gundul dan jingga (Jumapolo), gendon (Jumantono), ledek (Matesih),  dan arum kuning (Mojogedang).

Sayangnya dua tahun belakangan produksi durian Karanganyar menurun karena anomali iklim. Produksi durian pada 2016 adalah 2.136 ton dari sekitar 50.000 batang pohon. Sentra durian di Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Jatipuro, Mojogedang, Kerjo, dan Matesih.

Sedangkan di Dusun Tepus, Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang  dikembangkan kebun durian khusus introduksi baru (montong dan kani). Keunggulan montong dan kani adalah buahnya lebih besar dan bijinya lebih kecil. Pengembangan ini merupakan terobosan baru untuk memanjakan pencinta durian yang berkunjung ke Karanganyar.

Selanjutnya adalah: Karanganyar dikenal sebagai sentra tanaman obat

Tanaman Obat

Karanganyar juga dikenal sebagai sentra tanaman obat. Produksi jahe 2016 sebanyak 3.473 ton, kunyit 746 ton, kencur 140 ton, dan temu lawak 406 ton. Permasalahan yang ditemui biasanya adalah harga yang jatuh saat panen raya. Ada beberapa petani yang pernah terikat kontrak sebagai pemasok bahan baku industri jamu besar/modern, tapi kesulitan kontinuitas dalam memasok.

Untuk mengatasi harga yang jatuh, petani membuat simplisia dari masing-masing komoditas tanaman obat tersebut dan dijual saat harga membaik. Beberapa kelompok tani mengolah hasil panen tanaman obat menjadi produk olahan yang siap dikonsumsi.

Daerah sentra biofarmaka adalah Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Jatipuro, Kerjo, Ngargoyoso, dan Tawangmangu. Alam Karanganyar juga sangat mendukung pengembangan tanaman hias/florikultura. Di Dusun Nglurah, Kecamatan Tawangmangu, terdapat kampung tanaman hias. Warganya hampir semua memperjualbelikan tanaman hias.

Lokasinya yang sangat berdekatan dengan lokasi wisata sangat mendukung pengembangannya. Banyak penghobi dan penyedia jasa taman berburu aneka tanaman hias di sini. Pengunjung dari Solo, Klaten, dan Semarang berdatangan dan sebagian memborong tanaman untuk dijual kembali.

Dalam tiga tahun ini di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, mulai berkembang kelompok tani bunga potong, khususnya krisan. Potensi pemasaran bunga krisan selain tingkat lokal juga florist di Kota Solo yang membutuhkan bunga potong untuk dekorasi aneka event. Pada saat-saat tertentu pemasaranan bunga krisan ini sampai ke Magetan, Jawa Timur.

Di balik beberapa prestasi atau keberhasilan di atas, ada pekerjaan besar, yaitu mengembalikan kejayaan jeruk keprok Tawangmangu setelah  kehancuran akibat virus CVPD. Saat ini sudah dimulai perjuangan tersebut di Kecamatan Tawangmangu dengan identifikasi historis daerah-daerah yang dulu tidak terserang virus CVPD atau rendah tingkat serangannya.

Menjelang 100 tahun umur Kabupaten Karanganyar, sektor pertanian sebenarnya banyak kemajuan. Beberapa komoditas mendapat pengakuan banyak pihak maupun pemerintah pusat, baik aspek budi daya maupun dari sisi sumber daya manusia.

”Cakep, cakep banget pertanian Karanganyar…,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik K. Sudjono, saat saya dampingi berkeliling Karanganyar beberapa waktu yang lalu.

”Karanganyar…, wajar bisa memproduksi aneka produk pertanian. Mereka ini dikaruniai alam yang begitu luar biasa. Harus kau syukuri dan kelola dengan baik…,” komentar Bupati Blora Djoko Nugroho saat singgah di stand Kabupaten Karanganyar di Soropadan Agro Expo tempo hari.

Segala pengakuan dan penghargaan itu semoga menjaga semangat untuk terus berbenah sehingga sektor pertanian benar-benar bisa berperan nyata dalam mewujudkan Karanganyar maju dan sejahtera pada umur 100 tahun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif