News
Jumat, 1 Desember 2017 - 22:05 WIB

BENCANA PACITAN : Tertimbun, 3 Jam Bilal Teriak Minta Tolong di Depan 4 Jenazah Keluarganya

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bilal, 41, korban selamat bencana tanah longsor Dusun Duren, Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Jumat (1/12/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Bilal menjadi korban selamat bencana di Pacitan.

Madiunpos.com, PACITAN — Bilal, 41, duduk terdiam di dalam rumah dengan mengenakan kaos putih berkerah dan sarung motif kotak-kotak berwarna biru. Sesekali, pria itu menundukkan kepala.

Advertisement

Saat ditemui Madiunpos.com, Jumat (1/12/2017) siang, Bilal hanya mengangguk dan seperti ingin berbicara namun tidak bisa. Bilal masih trauma atas peristiwa nahas yang dialaminya pada Selasa (28/11/2017) sekitar pukul 01.00 WIB.

Tak pernah terbayangkan seluruh anggota keluarganya meninggal dalam satu waktu dan di satu lokasi. Keluarga Bilal menjadi korban bencana tanah longsor di Dusun Duren, Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung. (Baca: Pacitan Luluh Lantak)

Tetangga Bilal, Muntiah, 37, menceritakan Bilal saat ini sulit berbicara karena tenggorokannya sakit setelah peristiwa bencana alam tanah longsor itu terjadi. Selain itu, Bilal juga masih trauma dan mengalami kesedihan setelah bencana alam itu terjadi.

Advertisement

“Sebelum Bilal sakit seperti ini. Bilal sudah bercerita banyak soal bencana itu kepada tetangga termasuk saya,” ujar Muntiah.

Dia menceritakan peristiwa bencana itu terjadi secara singkat pada Selasa dini hari. Saat itu, Bilal bersama empat anggota keluarganya yaitu Suparno 70 tahun, Kasih 65 tahun, Sukesi 40 tahun, dan Khairir Rozak 17 tahun, tidur di rumahnya di RT 003/RW 006, Dusun Duren, Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung.

Hujan deres mengguyur Desa Klesem sejak Senin sore. Sampai Senin tengah malam, hujan masih terus mengguyur dengan intensitas fluktuatif.

Tiba-tiba bukit di belakang rumah Bilal bergerak dan mulai longsor. Saat itu, Bilal sudah merasakan ada bahaya yang mengancam. Tak berpikir panjang, Bilal langsung berlari keluar rumah sambil menggandeng istri dan anaknya Suksei dan Rozak. (Baca: SBY Kunjungi Pacitan)

Advertisement

Entah kenapa, istri dan anaknya itu berpisah dengan melepas gandengan tangan Bilal. Sehingga keduanya tertimbun tanah longsor.

“Bilal sempat bergandengan dengan anak dan istrinya. Setelah itu mereka lepas, Bilal lari ke arah kiri dan anak istrinya ke arah kanan,” jelas dia saat ditemui di rumah singgah Bilal di RT 002/RW 006, Desa Klesem.

Sementara itu, untuk mertua Bilal yaitu Suparno dan Kasih diperkirakan tidur sehingga tidak dapat menyelamatkan diri dan meninggal dunia tertimbun longsor. (Video: Jalan Aspal Terbelah)

Setelah seluruh anggota keluarganya tertimbun, Bilal yang satu-satunya selamat langsung berlari ke dekat pepohanan sebelah kiri rumah. Saat itu, Bilal hanya mengenakan celana dalam dan selimut.

Advertisement

Dengan kondisi seperti itu, Bilal merintih dan berteriak meminta tolong kepada orang yang ada di sekitarnya. Bilal hampir tiga jam berdiam diri di tengah longsor yang menimbun empat anggota keluarganya.

Terduduk dan Menangis

Terduduk dan Menangis

Advertisement

Setelah bersabar menunggu sambil berteriak minta tolong, kata Muntiah, suaminya Suprapto bersama Kateni dan Muslih menemukan Bilal. Bilal ditemukan dengan posisi duduk dan terus menangis.

“Awalnya warga tidak tahu keberadaan Bilal. Karena saat itu memang kondisinya gelap dan hujan deras. Setelah beberapa saat, warga mulai mendengar suara Bilal yang lirih,” ujar ibu rumah tangga yang rumahnya berjarak 300 meter dari lokasi longsor.

Penyelamatan Bilal pun tergolong tidak mudah karena lokasinya sulit dijangkau. Hingga akhirnya, warga berhasil mengevakuasi dan membawanya ke tempat yang lebih aman. (Baca: 4 Jembatan Ambruk dalam Semalam)

Dua hari di rumah Muslih, Bilal tidak mau makan dan minum. Setiap waktu, Bilal terus menangis dan terus mengingat anggota keluarganya yang meninggal kelongsoran.

Tetangganya kemudian membawanya ke Polndes Klesem untuk mendapat perawatan dan pada Jumat siang Bilal sudah dibawa pulang.

Ikhlas

Advertisement

Kepada Muntiah, Bilal mengaku sudah mengikhlaskan kepergian empat anggota keluarganya itu terkubur dalam tanah longsor. Dia berharap petugas menemukan jasad empat korban bisa dimakamkan secara layak. (Baca: 3 Jalur Utama Pacitan Bisa Dilintasi)

Ibu kandung Bilal, Bonirah, 70, mengatakan tidak menyangka besan dan menantu serta cucunya jadi korban bencana tanah longsor. Rumahnya yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah Bilal tidak mengalami kerusakan berarti yang disebabkan bencana itu.

Dia mengaku tidak berani untuk tinggal di rumah tersebut. “Saya berharap bisa pindah karena di situ rawan,” kata dia.

Sampai Jumat siang, keempat jasad korban tanah longsor di Dusun Duren belum ditemukan. Petugas dari Tim SAR gabungan mencari para korban dengan menerjunkan dua anjing pelacak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif