Jogja
Selasa, 28 November 2017 - 23:40 WIB

Film tentang Pulau dan Desa Terpencil akan Meriahkan Festival Film Dokumenter

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Konfrensi Pers Festival Film Dokumenter 2017 (Istimewa)

Pemutaran film dan diskusi Proyek 5 Pulau/5 Desa akan digelar Desember.

Harianjogja.com, JOGJA— Festival Film Dokumenter bekerja sama dengan Goethe Institut Indonesia mengadakan pemutaran film dan diskusi Proyek 5 Pulau/5 Desa (5 Islands/5 Villages).

Advertisement

Film 5 Desa akan diputar untuk pertama kalinya dalam gelaran Festival Film Dokumenter 2017 pada Minggu (10/12/2017) mendatang di Societet, Taman Budaya Yogyakarta pada pukul 19.00 WIB.

Adapun pemutaran Film 5 Pulau akan digelar pada Senin (11/12/2017 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Jogja pada pukul 13.00 WIB. Pemutaran Film 5 Pulau akan dilanjutkan dengan diskusi yang diikuti Direktur Goethe Institut Indonesia, pembuat film asal Indonesia dan peneliti budaya.

Advertisement

Adapun pemutaran Film 5 Pulau akan digelar pada Senin (11/12/2017 di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Jogja pada pukul 13.00 WIB. Pemutaran Film 5 Pulau akan dilanjutkan dengan diskusi yang diikuti Direktur Goethe Institut Indonesia, pembuat film asal Indonesia dan peneliti budaya.

Diskusi akan   diisi   dengan perbincangan terkait gagasan, pengalaman dan   pembahasan tentang perbedaan  ritme  kehidupan masyarakat di daerah urban versus  terpencil yang menjadi latar proyek ini.

Direktur Goethe Institut Indonesia, Heinrich Blömeke bersama para pembuat Film 5 Desa dari Indonesia dan seorang penanggap akan menjadi pembicara dalam diskusi ini.

Advertisement

Perbedaan ritme  ke hidupan ini mendorong terbentuknya segmen-segmen kelompok yang terabaikan,terlupakan, atau
terlewatkan dari arus informasi utama. Perdebatan  tentang  cepat atau  lambatnya  ritme  kehidupan  suatu  masyarakat inilah  yang menjadi titik mula Proyek 5 Pulau/5 Desa.

Proyek ini dikonsepkan sebagai sebuah pendekatan film dokumenter terhadap topik seputar periferi, jarak, waktu,
dan pewaktuan.

Karya-karya yang dihasilkan dalam proyek ini dikerjakan di tempat-tempat yang kurang tersentuh arus informasi
utama. Dengan kata lain, tempat-tempat yang secara geografis cukup menantang karena relatif sulit dijangkau menggunakan moda transportasi biasa atau tempat-tempat yang selama ini jauh dari jangkauan radar media massa arus utama.

Advertisement

Proyek 5 Desa/5 Pulau terbagi dalam dua bagian ; 5 Pulau  dan 5 Desa. Pada bagian pertama, lima orang  mahasiswa  HFBK  Hamburg  menghabiskan  sekitar  tiga  minggu  waktu untuk  melihat  dari dekat beragamnya kehidupan di lima
pulau di Indonesia. Mereka adalah Anna Walkstein (Pulau Halmahera), Max Sänger (Pulau Sumba), Samuel J. Heinrichs (Pulau Rote), Yannick Kaftan (Pulau Wangi-Wangi) dan Marko Mijatovic (Pulau  Selaru).  Hasil  dari  perjalanan mereka  inilah  yang dijadikan segmen 5 Pulau.

Pada bagian kedua, 5 Desa, giliran lima pembuat film Indonesia yang dikirim ke lima desa yang berbeda di  Jerman  selama  kurang  lebih  waktu yang sama. Mereka adalah Andrianus “Oetjoe“ Merdhi  (Sumte, negara bagian  Niedersachsen), Wahyu  Utami Wati(Pellworm,  negara  bagian Schleswig-Holstein), Bani Nasution Leidingen,  negara bagian Saarland), Tunggul Banjaransari (Welzow, negara  bagian  Brandenburg) dan Rahung  Nasution  (Wildpoldsried,negara bagian Bayern).

Tahun ini Film Dokumenter (FFD) edisi ke-16 mengangkat tema Post Truth untuk merespons kondisi kebenaran  di  masa ini. FFD akan digelar pada 9-15  Desember  2017  di  tiga tempat yaitu Taman  Budaya Yogyakarta, IFI-LIP Jogja dan Villa Sambal.

Advertisement

Kegiatan ini dibagi ke dalam empat agenda utama, yakni kompetisi,pemutaran utama, parsial dan lokakarya film kritik. Tahun ini,FFD menerima 43 film kategori dokumenter panjang internasional, 85  film  kategori dokumenter  pendek dan 24  film kategori dokumenter pelajar. (Adv)
.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif