SOLOPOS.COM - Marta Beata Kupsch, mahasiswa asal Polandia di Unnes, tampil dalam Lomba Pidato dalam Kompetisi Bahasa Indonesia Tingkat Nasional yang diselenggarakan Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia FIB UNS di Kampus FIB UNS, Sabtu (25/11/2017). (JIBI/Solopos/Septhia Ryanthie)
UNS Solo menggelar Lomba Bahasa Indonesia.
Solopos.com, SOLO — Sebanyak 10 mahasiswa asing dari berbagai perguruan tinggi (PT) mengikuti Lomba Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Salah satu peserta dari Polandia bahkan mengenakan kebaya saat mengikuti lomba.
Marta Beata Kupsch mengenakan busana Jawa lengkap. Dia berdiri di hadapan puluhan orang di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS) Solo siang itu, Sabtu (25/11/2017).
Rambutnya disanggul. Warga Polandia itu tampak luwes dan tak terlihat mengalami kesulitan berjalan meskipun mengenakan jarit atau kain dan selop. Marta adalah mahasiswa asing di Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang pada Sabtu tersebut menjadi peserta Lomba Pidato dalam Kompetisi Bahasa Indonesia Tingkat Nasional yang diselenggarakan Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia FIB UNS. Selain Marta, lomba itu diikuti sejumlah mahasiswa asing dari berbagai perguruan tinggi lain seperti Liana Syntar yang berasal dari Ukraina.
Rambutnya disanggul. Warga Polandia itu tampak luwes dan tak terlihat mengalami kesulitan berjalan meskipun mengenakan jarit atau kain dan selop. Marta adalah mahasiswa asing di Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang pada Sabtu tersebut menjadi peserta Lomba Pidato dalam Kompetisi Bahasa Indonesia Tingkat Nasional yang diselenggarakan Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia FIB UNS. Selain Marta, lomba itu diikuti sejumlah mahasiswa asing dari berbagai perguruan tinggi lain seperti Liana Syntar yang berasal dari Ukraina.
Liana adalah mahasiswa asing Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ada pula Liliana Berta (Wu Dan) asal Tiongkok yang merupakan mahasiswa asing di Universitas Negeri Surabaya. Kompetisi tersebut terbagi menjadi empat kategori yakni pidato, dongeng, surat, dan resensi.
Ketua panitia Kompetisi Bahasa Indonesia Tingkat Nasional, Dwi Susanto, mengemukakan kompetisi bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan masyarakat tentang pentingnya memperkokoh, menguatkan nasionalisme, identitas, dan martabat bangsa. Caranya dengan melestarikan kebudayaan nasional, salah satunya melalui bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
“Kompetisi ini diikuti peserta dari berbagai negara atau mahasiswa asing yang belajar bahasa Indonesia. Bukan hanya sebagai wujud pencitraan internasionalisasi, melainkan hal itu adalah manfaat yang praktis saja,” ujar Dwi ketika ditemui wartawan, Sabtu.
Manfaat yang lebih utama dari keikutsertaan para mahasiswa asing dalam kompetisi itu adalah sebagai bentuk diplomasi kebudayaan.
“Mereka menjadi bagian kita, mencintai kita, dan merasa miliki perasaan terhadap Nusantara kita. Strategi ini merupakan bagian dari politik kebudayaan yang sepatutnya kita perhatikan,” kata dia.
Jumlah peserta lomba yang terdaftar sebanyak 453 orang, terdiri atas 103 orang untuk Lomba Dongeng, Pidato 45 orang untuk Lomba Pidato, 85 orang untuk Lomba Resensi, 220 orang untuk Lomba Surat, dan peserta tidak terdaftar 15 orang.
Para peserta ada yang berasal dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DI Yogyakarta. Mereka mahasiswa dari 21 perguruan tinggi di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Universitas Budi Luhur, Unnes, Universitas Negeri Semarang, dan masih banyak lagi. Total sebanyak 21 universitas.
“Peserta mahasiswa asing sebanyak 10 orang. Asal negaranya Polandia, Ukraina, Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, Australia, dan Mesir, atau tujuh negara dari lima belahan benua,” jelas dia.