Soloraya
Jumat, 24 November 2017 - 11:15 WIB

Sektor Pariwisata Menjadi Primadona Investasi Jateng

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong (dua dari kanan) bersama Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (dua dari kiri) meninjau lokasi pameran Central Java Business Expo (CJBE) 2017 di Atrium Solo Paragon Lifestyle Mall, Kamis (23/11/2017). (Asiska Riviyastuti/JIBI/Solopos)

Investasi Jateng sebagian menyasar sektor pariwisata.

Solopos.com, SOLO —Pariwisata menjadi primadona baru pengembangan investasi di Jawa Tengah. Dari Rp13,731 triliun letter of intent (LoI) sebanyak Rp5,510 triliun di antaranya untuk pariwisata.

Advertisement

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Prasetyo Ariwibowo, menyampaikan pada pelaksanaan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) yang diikuti investor dari Tiongkok, Jerman, Malaysia, Australia, Singapura, India, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Dari 72 LoI yang ada, 19 LoI diantaranya merupakan sektor pariwisata. Sedangkan investasi lainnya adalah bidang manufaktur, pertambangan, properti, kosmetik, energi, pendidikan, kawasan industri, percetakan, agrobisnis, peternakan, dan industri pengolahan daging.

Advertisement

Dari 72 LoI yang ada, 19 LoI diantaranya merupakan sektor pariwisata. Sedangkan investasi lainnya adalah bidang manufaktur, pertambangan, properti, kosmetik, energi, pendidikan, kawasan industri, percetakan, agrobisnis, peternakan, dan industri pengolahan daging.

Hampir semua daerah di Jateng menjadi sasaran investasi, termasuk Soloraya, diantaranya Solo, Sragen, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten. Investasi tersebut pun bermacam, mulai dari pendidikan, properti, tekstil dan produk tekstil (TPT), kawasan industri, pariwisata, perlindungan hewan, dan pengolahan susu.

“Nantinya calon investor tersebut harus mengikuti beauty contest [lelang] untuk aset milik BUMN dan aset pemda yang belum dipisahkan. Sedangkan BUMD bisa lelang atau penunjukan, tergantung proposal base,” ujar Prasetyo saat jumpa pers acara CJIBF 2017 di Solo Paragon Hotel and Residences, Kamis (23/11/2017).

Advertisement

Diakuinya pariwisata di Jateng kurang berkembang karena infrastruktur sudah mentok, terutama kapasitas bandara sehingga sulit menggenjot jumlah wisatawan mancanegara (wisman). Namun dengan adanya perluasan Bandara Ahmad Yani (Semarang) dan pembangunan Bandara Jogja diharapkan dapat menggenjot wisman.

Selain itu, perlu juga dibangun terminal kapal pesiar di Semarang karena wisata bahari dinilai akan berkembang pesat. Apalagi kapal pesiar bisa membawa 10.000 orang. Leisure boating juga bisa dikembangkan untuk island hopping atau berwisata di Karimun Jawa.

Tak hanya pariwisata, Jawa Tengah juga didukung dengan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW di Batang yang membuat listrik berlimpah dan jalan tol dan bandara yang mendukung pengembangan industri.

Advertisement

“Sektor padat karya di Jawa Tengah juga unggul, tidak hanya karena UMK [upah minimum kabupaten/kota] yang terjangkau tapi budaya kerja masyarakatnya juga baik, tidak militan tapi lebih kondusif dan memiliki mental bermitra dengan pemberi kerja,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat dan pemerintah di Jateng yang terbuka dengan digitalisasi akan memberi loncatan dalam ekonomi digital. Tidak hanya untuk perdagangan tapi juga peluang usaha lain, seperti video game, iklan digital, dan publishing.

BKPM menargetkan investasi Jateng senilai Rp30,4 triliun. Namun hingga kuartal ketiga realisasi investasi Jateng mencapai Rp32,9 triliun atau 108% dari target dan masih akan bertambah. Selain itu, investasi yang masuk ke Jateng terus meningkat. Pada 2012 hingga September 2017, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebanyak Rp84,5 triliun atau 8,7% dari total nasional sedangkan penanaman modal asing (PMA) tercatat US$4,5 miliar atau 6,3% dari total nasional.

Advertisement

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan Jateng merupakan salah satu provinsi dengan PMA tinggi. Pada 2013, tercatat ada PMA US$100 juta per kuartal yang masuk tapi sekarang sudah naik menjadi US$400 juta-US$600 juta per kuartal. Menurut dia, banyak sambutan positif dari pengusaha mengenai iklim usaha di Jateng yang kondusif.

“Suku bunga sudah rendah dan DPK [dana pihak ketiga] tumbuh 11% sehingga bisa mendorong pembiayaan untuk mengembangkan infrastruktur sehingga pembangunan tidak hanya bergantung dari APBN [anggaran pendapatan dan belanja negara] tapi sektor swasta dan BUMN pun bisa terlibat,” terangnya.

Hal tersebut untuk mendukung pembangunan jalan tol, listrik, pelabuhan, dan bandara. Namun perlu diperhatikan juga mengenai perizinan yang cepat dan menyeluruh dengan menggunakan sistem online untuk meningkatkan daya saing.

Oleh karena itu, dia mengapresiasi pembentukan Sistem Informasi Aplikasi Perizinan (SIAP) Jateng yang menyediaan layanan perizinan dan informasi peluang investasi secara online serta pembentukan Koridor Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata (Keris) Jateng sebagai pusat informasi dan promosi yang terintegrasi untuk investasi, perdagangan, dan pariwisata.

Lebih lanjut, Thomas menyampaikan pemerintah pusat terus berupaya menyederhanakan dan mempercepat proses perizinan. Diakuinya proses perizinan Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Oleh karena itu, saat ini sedang dikembangkan single submission dengan memperat koordinasi pemda dan lembaga maupun kementerian yang ada di pusat. Nantinya akan ada integrasi dari pusat sampai daerah secara digital. Selain itu, bisa dipilih juga proyek prioritas, diantaranya adalah proyek dengan nilai investasi besar ataupun memiliki peran strategis.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, menerangkan single submission memungkinkan investor hanya memasukkan perizinan sekali dan sudah terintegrasi antara pusat dan daerah serta bisa dikontrol perkembangannya.

“Untuk izin pertambangan ada 147 izin yang harus dilakukan dan membutuhkan proses panjang. Single submission ini memangkas proses tersebut dengan menggunakan sistem online sehingga mudah diawasi. Nantinya jika dalam dua pekan enggak ada proses, sistem secara otomatis langsung approve jadi enggak akan lama. Saat ini sedang dibentuk satgas percepatan usaha yang melibatkan kementerian, lembaga, dan pemda,” kata dia.

Sistem online ini juga untuk mengurangi kolusi. Dia mengatakan pemetaan akan dilakukan hingga Februari 2018 dan diharapkan triwulan pertama sistem tersebut bisa dilakukan uji coba. Sementara itu, pada acara CJIBF 2017 juga diadakan Central Java Business Expo (CJBE), yakni pameran investasi yang menampilkan potensi masing-masing kabupaten/kota dan kawasan industri di Jateng di Atrium Solo Paragon Lifestyle Mall pada Kamis-Sabtu (23-25/11/2017).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif