Manajemen THR Sriwedari tengah mencari lokasi di luar Solo untuk menghidupkan kembali wahana wisata tersebut.
Solopos.com, SOLO — Taman Hiburan Remaja (THR) Sriwedari akan lahir kembali di luar wilayah Solo. Manajemen THR menargetkan tempat hiburan yang telah berusia 32 tahun ini akan beroperasi kembali tepat pada hari jadinya pada 31 Maret 2018.
Keputusan itu diambil setelah manajemen THR menerima banyak masukan dari masyarakat agar THR tetap beroperasi meski di luar Solo. Sebelumnya, manajemen THR Sriwedari memastikan akan tutup permanen setelah gagal pindah ke TSTJ.
“Insya Allah THR buka lagi. Yang jelas tidak terlalu jauh dari Solo. Mudah-mudahan pas ulang tahun 31 Maret nanti sudah buka lagi. Ulang tahunnya bisa nyambung,” kata Direktur PT Smart Solo selaku pengelola THR Sriwedari, Sinyo Sujarkasi, ketika dijumpai wartawan, Rabu (22/11/2017) malam. (Baca: Batal Pindah ke TSTJ, Tamat Sudah Riwayat THR Sriwedari Solo)
“Insya Allah THR buka lagi. Yang jelas tidak terlalu jauh dari Solo. Mudah-mudahan pas ulang tahun 31 Maret nanti sudah buka lagi. Ulang tahunnya bisa nyambung,” kata Direktur PT Smart Solo selaku pengelola THR Sriwedari, Sinyo Sujarkasi, ketika dijumpai wartawan, Rabu (22/11/2017) malam. (Baca: Batal Pindah ke TSTJ, Tamat Sudah Riwayat THR Sriwedari Solo)
Transformasi THR baru diperkirakan menelan dana Rp50 miliar. Saat ini manajemen tengah menjajaki sejumlah lokasi untuk operasional THR reborn.
Sinyo mengatakan THR Sriwedari akan berhenti beroperasi pada 4 Desember nanti. Proses pembongkaran wahana permainan sudah dikerjakan sejak sebulan lalu. Manajemen THR menyewa lahan di daerah Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, untuk menyimpan wahana tersebut.
Penjajakan lokasi THR di luar Solo dilakukan setelah rencana penempatan THR di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) menemui jalan buntu. Sinyo mengaku rencana pemindahan ke TSTJ sudah tidak mungkin. (Baca: Flashback Perjalanan THR Sriwedari dari Masa ke Masa)
Selama ini manajemen THR keberatan dengan ketentuan yang ditetapkan Pemkot. Terdapat tiga persyaratan dinilai memberatkan manajemen THR, yakni ketentuan masa kontrak empat tahun, ketetapan pajak hiburan tiket masuk sebesar 25%, serta nilai sewa lahan Rp1.000 per meter persegi per hari.
Ketentuan tersebut dinilai terlalu berat. “Dengan biaya-biaya itu bayar sewa sangat berat buat kami. Jadi kalau kita paksakan buka di sana khawatir di tengah jalan tutup,” katanya.
Sinyo pun mengaku tidak ingin tergesa-gesa menetapkan lokasi THR reborn. Ada beberapa pertimbangan dalam menetapkan lokasi itu, salah satunya kawasan itu harus strategis dan tidak terlalu jauh dari Solo.
Lokasi itu juga dinilai mampu menyedot pengunjung datang ke THR. Apalagi investasi yang dibutuhkan THR untuk terlahir kembali tidak sedikit. Diperkirakan nilai investasi itu menelan dana hingga Rp50 miliar lebih.
“Jadi minimal lokasinya tidak mengecewakan orang banyak lah dan bisa ramai,” katanya.