Jogja
Kamis, 23 November 2017 - 11:55 WIB

33% Sampah di Sleman Dibakar dan Dibuang Sembarangan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sampah liar berserakan di kawasan Sidokarto, Gamping mesk telah dipasang papan peringatan, Senin (17/4/2017). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Capaian pengelolaan sampah perkotaan di Sleman, cakupan terlayani hingga 2017 mencapai 66,11%

Harianjogja.com, SLEMAN– Capaian pengelolaan sampah perkotaan di Sleman, cakupan terlayani hingga 2017 mencapai 66,11%.

Advertisement

Rinciannya, sampah yang terangkut ke TPA Piyungan 49,20% dan tereduksi 3R 16,91%, sedang yang belum dikelola (dibakar, dibuang sembarangan) sebanyak 33,89%.

Kepala Bagian Pembangunan Setda Sleman Dwi Anta Sudibyo mengatakan pengelolaan sampah yang terangkut dan tereduksi tersebut dikelola dan diangkut dengan fasilitas yang ada. Di Sleman terdapat 17 TPS berupa container, TPS 264 unit, stasiun antara 3 unit, Transfer Depo 17 unit.

Advertisement

Kepala Bagian Pembangunan Setda Sleman Dwi Anta Sudibyo mengatakan pengelolaan sampah yang terangkut dan tereduksi tersebut dikelola dan diangkut dengan fasilitas yang ada. Di Sleman terdapat 17 TPS berupa container, TPS 264 unit, stasiun antara 3 unit, Transfer Depo 17 unit.

Armada pengangkut berupa Dump Truk 26 unit, Amrol Truk 4 unit. Sedang Sistem 3 R berupa Bank Sampah adaa 188 KSM, dan TPS3R ada 16 unit.

Selama 2017 timbunan sampah perkotaan mencapai 1.330 m3 perhari dan sampah terangkut ke TPA sebesar 654 m3/hari (49,20%) dan reduksi sampah 225 m3/hari (16,91%).

Advertisement

Sementara itu Kepala UPT Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Restuti menjelaskan, titik-titik baru sampah liar terus bermunculan. Tanpa dukungan semua pihak dan kesadaran masyarakat, daerah bebas sampah liar sulit terwujud.

Kepala UPT Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Restuti mengatakan, masalah pengelolaan sampah memang perlu terus dilakukan.

Hal itu untuk menekan munculnya sampah-sampah liar. Penanganan sampah liar juga membutuhkan dukungan semua pihak. Sebab meski sudah ditangani UPT, sampah liar kembali muncul.

Advertisement

“Perlu terus dilakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat. Sosialisasi perlu lebih diintensifkan lagi dengan melibatkan desa, kecamatan dan pihak-pihak lain,” katanya.

Dibanding membangun TPS, kata Tuti, edukasi kepada masyarakat dinilai lebih baik. Kecuali, bila TPS tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas 3R. TPS diperlukan hanya untuk menampung residu sampah.

Kalau hanya membangun TPS, katanya, masyarakat tidak dididik untuk bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan. “Kalau memang tidak mau memilah ya harus mau membayar iuran ke jasa,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif