Penyelenggaraan Grebeg Mulud Keraton Solo tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya.
Solopos.com, SOLO — Rangkaian tradisi Grebeg Mulud Nabi Muhammad SAW yang bakal dimulai Jumat (24/11/2017) di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tahun ini memiliki keistimewaan karena bertepatan dengan Tahun Dal yang diperingati setiap delapan tahun.
Keistimewaan Grebeg Mulud pada Tahun Dal yakni digelarnya tradisi adang (menanak nasi) oleh Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) XIII di pawon Gondorasan, Minggu (3/12/2017). Tradisi adang ini menggunakan dandang peninggalan Sultan Agung.
Pengageng Parentah Keraton Solo, K.G.P.H. Dipokusumo, memperkirakan tiga dandang yang akan dipakai dalam tradisi adang tersebut berusia lebih dari 500 tahun. “Tradisi ini sudah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Demak abad XV sampai sekarang. Dulu saat Keraton Solo pindah dari Kartasura ke Solo, dandang ini ada yang menjaga, namanya Kyai Gondoroso. Sampai sekarang pun, tiga dandang itu masih disimpan oleh keturunan Kyai Gondoroso dan selalu dipakai dalam tradisi adang setiap delapan tahun sekali,” papar Dipo kepada wartawan, Rabu (22/11/2017). (Baca: Pedagang Sekaten Padati Sekeliling Alut Keraton, Awas Macet di Supit Urang)
Dalam tradisi adang, PB XIII akan menanak nasi dari 70 kilogram beras. Lalu pagi harinya, Senin (4/12/2017), nasi adang itu dibagikan kepada abdi dalem hingga kerabat Keraton. Seluruh juru kunci makam raja-raja terdahulu juga hadir dalam prosesi ini.
Nasi adang dibagikan pada Senin bertepatan dengan Senin Pon menurut penanggalan Jawa. “Senin Pon itu bertepatan dengan wiyosan dalem Kanjeng Nabi Muhammad SAW,” tutur Dipo.
Sementara itu, rangkaian Grebeg Mulud akan dimulai Jumat dengan keluarnya Gongso Sekaten atau gamelan sekaten. Gamelan sekaten akan keluar dari Keraton Solo pada Jumat pagi melalui Kori Kamandungan ke Supit Urang barat menuju Masjid Agung. Gamelan Sekaten akan ditabuh di Masjid Agung.
Selama sepekan gamelan sekaten akan ditempatkan di Mesjid Agung hingga puncak Grebeg Maulud pada Jumat (1/12/2017). “Gunungan akan keluar hari Jumat setelah gamelan dikembalikan ke Keraton.”
Selain tradisi keluarnya gamelan sekaten, gunungan, hingga adang, Pasar Sekaten juga mulai meramaikan Grebeg Mulud sejak akhir pekan lalu. “Sekaten adalah hiburan bagi masyarakat, ke depan kami berharap sekaten juga memperbanyak syiar agama Islam dengan menggandeng pondok pesantren untuk buka stan di sekaten,” kata Dipo.
Dipo menambahkan sekaten dan Grebeg Mulud tahun ini Keraton Solo masih menggunakan dana swadaya. Belum terbentuknya unit pengelola teknis (UPT) yang mengelola Keraton membuat anggaran dari pemerintah untuk tradisi ini tidak bisa diakses. “Ada dana dari pemerintah kota tapi itu sifatnya bantuan, kami belum tahu berapa dan kapan dana itu cair, kami belum tahu,” tambah Dipo.