Jogja
Selasa, 21 November 2017 - 18:20 WIB

Dikenal Jadi Tukang Demo, Tenaga Honorer K2 Bantul Ingin Nulis Buku

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Forum Komunikasi Guru Tidak Tetap/Pegawai Tidak tetap (GTT/PTT) Honorer Kategori II (K2) Sekolah Negeri Kabupaten Bantul berfoto saat berkunjung ke Harian Jogja, Selasa (21/11/2017). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Forum Komunikasi Guru Tidak Tetap/Pegawai Tidak tetap (GTT/PTT) Honorer Kategori II (K2) Sekolah Negeri Kabupaten Bantul akan menyusun buku

Harianjogja.com, JOGJA– Forum Komunikasi Guru Tidak Tetap/Pegawai Tidak tetap (GTT/PTT) Honorer Kategori II (K2) Sekolah Negeri Kabupaten Bantul akan menyusun buku tentang pengalaman anggotanya dalam memperjuangkan nasib mereka.

Advertisement

Hal itu diungkapkan ketua forum tersebut, Sudarman, saat berkunjung ke Harian Jogja, Selasa (21/11/2017). Kunjungan itu diikuti delapan pengurus forum. Mereka diterima langsung Redaktur Pelaksana Harian Jogja, Nugroho Nurcahyo.

Sudarman mengungkapkan forum tersebut masih berupaya memperjuangkan pengangkatan menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Berbagai upaya mulai diskusi hingga demonstrasi telah mereka lakukan. Bahkan, hingga saat ini mereka telah melakukan delapan kali demonstrasi dari tingkat kabupaten hingga ke Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) di Jakarta.

Ternyata, upaya mereka memunculkan efek negatif. Pada saat mengikuti kirab HUT Kemerdekaan Agustus lalu, mereka membawa spanduk nama forum tersebut. “Di tengah kirab, kami mendengar ada penonton yang mengatakan Oh ini tenaga honorer K2 tukang demo itu. Saya kaget karena image kami di masyarakat kok seperti itu,” jelas Sudarman.

Advertisement

Atas dasar itulah, mereka berinisiatif melakukan kegiatan yang memunculkan image positif tentang GTT/PTT K2, utamanya di bidang pendidikan. Cara yang dipilih adalah menulis buku tentang pengalaman mereka.

Sudarman mengungkapkan para GTT/PTT K2 di Bantul saat ini masih ada 637 orang, tersebar di SD, SMP, SMA hingga SMK di Bantul. Mereka menerima honor yang jauh dari layak sehingga harus melakukan berbabai upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Ia mencontohkan, ada GTT/PTT K2 yang menjadi seniman, membuat baju adat, membuat kerajinan, menyulam dan lain-lain. “Semua kami minta menuls pengalamannya, nanti yang paling menarik akan dimasukkan dalam buku,” jelas guru agama di SMA 3 Bantul tersebut.

Advertisement

Sekretaris forum, Sudarsih menyebutkan sebelumnya, mereka juga telah melakukan kegiatan sosial berupa konservasi dan reboisasi menanam 2500 bibit tanaman di Desa Tamanan Banguntapan pada 12 November. Selain itu, pada 21 April, anggota juga digerakkan untuk bersih-bersih Pantai Goa Cemara .

Nugroho Nurcahyo mengungkapkan pemberitaan di media tentang tenaga honorer kebanyakan adalah saat mereka melakukan demonstrasi. Menurut dia, ada dua kemungkinan penyebabnya, yakni  berita negatif kadang lebih menarik untuk media.

“Namun, bisa juga karena informasi positifnya tidak diberitakan, padahal ini penting untuk mengimbangi berita negatif. Di sinilah pentingnya publikasi setiap kegiatan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif