Soloraya
Selasa, 21 November 2017 - 16:35 WIB

Belum Mau Pindah, 75 Keluarga di Timur Parapet Bengawan Solo Rawan Kebanjiran

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah Ny. Slamet di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, bertahan di tengah proyek parapet Bengawan Solo. (Hijriyah/JIBI/Solopos)

Sebanyak 75 keluarga yang masih tinggal di timur parapet Bengawan Solo rawan kebanjiran jika sungai meluap.

Solopos.com, SOLO — Bencana banjir mengancam puluhan keluarga di wilayah bantaran Sungai Bengawan Solo. Mereka adalah warga yang masih tinggal di timur parapet.

Advertisement

Berdasarkan monitoring tim SAR Rajawali Solo bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo dan Basarnas Pos Solo, akhir pekan lalu, masih ada sekitar 75 keluarga atau sekitar 250 orang yang tinggal di balik tembok parapet atau proyek penanganan bencana banjir oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

“Warga yang masih tinggal di sisi timur tembok parapet berpotensi terkena dampak langsung jika Sungai Bengawan Solo meluap,” kata Ketua SAR Rajawali Solo, Bambang Ary W., kepada Solopos.com, Selasa (21/11/2017). (Baca: Mereka yang Bertahan di Balik Tanggul Parapet Bengawan Solo)

Advertisement

“Warga yang masih tinggal di sisi timur tembok parapet berpotensi terkena dampak langsung jika Sungai Bengawan Solo meluap,” kata Ketua SAR Rajawali Solo, Bambang Ary W., kepada Solopos.com, Selasa (21/11/2017). (Baca: Mereka yang Bertahan di Balik Tanggul Parapet Bengawan Solo)

Monitoring di wilayah rawan bencana banjir dilakukan dengan susur darat mulai dari Semanggi-Losari-Sangkrah-Demangan-Sewu-Beton-Putat-Pucangsawit hingga Jurug. Di wilayah Semanggi Mojo Utara RT 001/RW 004 terdapat empat keluarga yang berpotensi terdampak langsung luapan air sungai dengan potensi ketinggian banjir antara 2 meter-4 meter.

Di wilayah ini, jarak rumah hanya 20 meter dari pinggir sungai dan berada di sisi timur parapet. Di wilayah Losari RT 005/RW 003 terdapat tujuh keluarga yang berpotensi terkena dampak banjir dengan potensi ketinggian 1,5 meter- 2 meter.

Advertisement

Sementara itu, di wilayah Sewu terdapat sembilan keluarga yang belum direlokasi. Di wilayah RT 001/RW 002 juga masih ada enam keluarga yang tinggal di timur tanggul. “Potensi ketinggian air jika sungai meluap di wilayah ini bisa mencapai 2,5 meter,” kata Bambang.

Di wilayah Pucangsawit masih ada 13 keluarga yang saat ini masih dalam proses pembebasan dan sebagian masih melakukan pembongkaran rumah untuk relokasi. Selain hunian warga, di kawasan bantaran juga ada ada tempat permakaman umum (TPU).

Salah satunya TPU Kleco di RT 011/RW 005 Kelurahan Sangkrah. Ada sekitar 50 makam di sana. “Tapi kami belum pernah dengar ada wacana relokasi makam,” tutur seorang warga, RT 013/RW 006 Sangkrah, Samanto.

Advertisement

Pemilik salah satu makam di TPU Kleco itu menyebut untuk merelokasi hunian saja pemerintah masih kesulitan dan membutuhkan waktu yang sangat lama. “Ya mungkin urusan makam belakangan,” tutur dia.

Tim SAR Rajawali dan BPBD serta Basarnas juga memantau wilayah pintu air Demangan di Sangkrah. Di sana mereka menemukan terdapat beberapa lokasi longsor di bagian luar pintu air atau alur yang menuju muara Bengawan Solo. Longsor dimungkinkan terjadi dikarenakan adanya penebangan pohon secara disengaja.

Ancaman longsor juga terpantau di wilayah Mojo, Semanggi. Longsoran yang mendekati pinggir sungai dengan lebar sekitar 7 meter berada pada jarak 20 meter dari jembatan kereta api.

Advertisement

Bambang menjelaskan puluhan warga belum mau direlokasi dari kawasan bantaran karena hingga saat ini belum ada titik temu soal ganti rugi tanah maupun bangunan mengingat warga kebanyakan memiliki sertifikat hak milik.

“Beberapa warga yang kami temui sepanjang lokasi survei khawatir munculnya banjir lokal karena proyek parapet belum selesai seluruhnya. Sementara hingga saat ini belum ada SOP baru terkait penanganan banjir di wilayah proyek pembangunan parapet,” papar Bambang.

Ketua Kelompok Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Sangkrah, Rus Djamaludin, juga menjelaskan masih ada puluhan warga di Sangkrah yang masih nekat tinggal di bantaran. “Warga belum mau direlokasi karena alasan nilai ganti rugi yang belum cocok,” kata Rus.

Sibat Sangkrah sudah berkoordinasi dengan BBWSBS jika terjadi banjir di kawasan parapet. Untuk proses evakuasinya, menurut Rus, masih bisa melalui pintu-pintu yang disediakan BBWSBS di antara tembok parapet.

“Kan belum rapat semuanya. Masih ada beberapa lokasi yang masih ada pintu untuk akses warga,” kata Rus.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif