Masa kejayaan Hindu dan Budha di Pulau Jawa, meninggalkan sejumlah peninggalan berupa situs bersejarah.
Harianjogja.com, KULONPROGO– Masa kejayaan Hindu dan Budha di Pulau Jawa, meninggalkan sejumlah peninggalan berupa situs bersejarah. Tidak terkecuali di Kulonprogo.
Salah satu situs peninggalan Hindu Budha tersebut adalah situs Lumpang Kentheng di Dusun Kamal, Desa Karangsari Pengasih. Untuk menuju ke sana, kita hanya perlu menempuh perjalanan ke arah utara. Mengikuti jalan aspal, dan berbelok ke kiri, setelah menemui sebuah pertigaan kecil pasar rakyat.
Di rute berikutnya, kita harus lebih berhati-hati. Karena jalanan di sana tidak begitu halus seperti di rute sebelumnya. Namun, cenderung mudah ditempuh. Jangan khawatir merasa tersesat bila di tengah perjalanan menemui hamparan kebun jagung, karena itu menandakan pencarian lokasi lumpang akan segera menemui titik akhir.
Jalan berikutnya yang harus ditempuh, sedikit rusak dan agak menanjak. Bila dilewati saat musim hujan, akan sedikit licin, karena hanya terbuat dari semen cor biasa.
Di sini, pengendara akan disapa dengan hijaunya pepohonan tinggi dan rindang, yang membuat perjalanan menuju situs menjadi penuh penyegaran. Bagi pengunjung yang baru kali pertama bertandang ke situs, mungkin akan sedikit kecewa, dengan kondisi situs yang tidak terlalu terawat. Namun itu tak menjadi alasan, untuk tidak mempelajari sejarah di baliknya.
Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Sejarah, Dinas Kebudayaan Kulonprogo Singgih Hapsoro menjelaskan, situs itu bukanlah sebuah lumpang seperti yang disebut oleh warga, melainkan lebih tepat disebut lingga yoni.
Karena di area situs tersebut terdapat lingga, dua yoni besar, serta arca yang diperkirakan merupakan arca Ganesha. Di sana juga ditemukan umpak, dan lingga kecil yang diduga merupakan lingga yang dipindah warga, dari sungai dekat situs.
Ia meyakini, warga setempat adalah orang-orang yang perhatian dengan keberadaan benda-benda purbakala dan peninggalan budaya. Singgih menyebutkan, walaupun sejarah kehadiran situs itu masih simpang siur, ia memperkirakan situs sudah ada sejak abad ketujuh hingga ke-14.
Kepala Dusun Kamal, Sugiyatman mengungkapkan, benda bersejarah yang diperkirakan ada sejak zaman kebudayaan Hindu Budha itu, berdiri di atas lahan warga.
Masyarakat sekitar memiliki kepedulian pelestarian situs, walaupun sejarah keberadaan benda itu masih belum diketahui secara jelas. Bahkan setiap Ruwah dalam itungan tahun Jawa, warga juga menggelar upacara tradisi ruwahan di situs tersebut.