Soloraya
Minggu, 19 November 2017 - 20:35 WIB

KESEHATAN SOLO : Dapat Telur Gratis dari Kementan Dijelaskan Pula Manfaatnya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Masyarakat mengambil telur rebus yang dibagikan gratis di acara street campaign peningkatan kepedulian masyarakat tentang ancaman resistensi antimikroba di area CFD Solo, Minggu (19/11/2017). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Kementerian Pertanian membagikan 2.000 butir telur gratis bagi pengunjung CFD Solo.

Solopos.com, SOLO — Wilujeng, 37, menghampiri Riswan Eka Nurjati, 16, dan Dwi Ratnawati, 9, setelah memperoleh empat butir telur secara cuma-cuma di area car free day (CFD) perempatan Ngarsopuro, Solo, Minggu (19/11/2017) pagi.

Advertisement

Dia lantas mengajak kedua anaknya itu menuju city walk Jl. Slamet Riyadi guna menikmati sajian telur rebus yang dibagikan Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Badan PBB Food and Agriculture Organization (FAO), USAID, dan Pinsar Petelur Indonesia Wilayah Solo.

Wilujeng mengaku baru kali ini mengetahui banyak manfaat kesehatan yang bisa diperoleh dari telur ayam. Selama ini dia sering mengolah dan mengonsumsi telur, namun tidak mengetahui secara pasti kandungan kesehatan dalam telur.

Advertisement

Wilujeng mengaku baru kali ini mengetahui banyak manfaat kesehatan yang bisa diperoleh dari telur ayam. Selama ini dia sering mengolah dan mengonsumsi telur, namun tidak mengetahui secara pasti kandungan kesehatan dalam telur.

Dia merasa beruntung bisa hadir di area CFD Jl. Slamet Riyadi hari itu karena bisa mengais banyak informasi mengenai masalah kesehatan pangan dan tentunya telur gratis. Wilujeng bersama keluarganya bertekad mengonsumsi telur secara rutin.

“Setelah ini mungkin saya akan lebih sering memasak telur untuk anak-anak khususnya. Selama ini saya memandang telur itu kan hanya sebagai lauk yang memiliki kandungan protein. Ya sekadar itu. Ternyata telur bukan saja mengandung protein, tapi juga kalium, natrium, dan zat lain sebagainya yang baik untuk kesehatan tubuh,” kata Wilujeng saat ditemui Solopos.com setelah menyantap telur ayam rebus yang dibagikan gratis kepada para pengunjung CFD di perempatan Ngarsopuro.

Advertisement

Jaka menerangkan kegiatan bagi-bagi telur rebus dan masakan ayam gratis itu menjadi bagian dari serangkaian acara Pekan Kesadaran Antibiotik. Ditjen PLH Kementan saat ini memang tengah mengadakan acara bertajuk Pekan Kesadaran Antibiotik.

Acara tersebut merupakan kampanye global peduli penggunaan antibiotik sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai ancaman resistensi antimikroba. Dalam acara tersebut, digelar berbagai kegiatan pada 13 sampai 19 November 2017. “Hari ini [Minggu] digelar street campaign di Solo sebagai kegiatan puncak dari Pekan Kesadaran Antibiotik,” terang Jaka.

National Technical Advisor FAO, Erry Setiawan, membeberkan berbagai kegiatan yang telah digelar dalam Pekan Kesadaran Antibiotik, antara lain kuliah umum terkait antimikroba (AMR) di berbagai universitas di Indonesia yang memiliki fakultas maupun program studi Kedokteran Hewan, sarasehan peternak, lomba storytelling dan esai tentang praktik-praktik peternakan yang baik, hingga acara puncak di Solo pada Minggu ini.

Advertisement

Pekan Kesadaran Antibiotik menjadi upaya kampanye global agar masyarakat kian peduli terhadap penggunaan antibiotik. “Resistensi AMR telah menjadi ancaman tanpa mengenal batas-batas geografis dan berdampak pada kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, serta kesehatan lingkungan. Untuk itu, harus kita sadari ancaman resistensi AMR juga merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan ketahanan pangan, khususnya bagi pembangunan di sektor peternakan dan kesehatan hewan,” jelas Erry.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemenpan, I Ketut Diarmita, dalam rilis yang diterima Solopos.com dari pejabat FAO, menuturkan berdasarkan laporan ahli dari berbagai negara mencatat adanya peningkatan laju resistensi antimikroba dalam beberapa dekade terakhir.

Namun, di sisi lain penemuan dan pengembangan jenis antibiotik atau antimikroba baru berjalan sangat lambat. “Para ahli di dunia memprediksi jika masyarakat global tidak melakukan sesuatu untuk mengendalikan laju resistensi ini, AMR akan menjadi pembunuh nomor 1 di dunia pada 2050 dengan tingkat kematian mencapai 10 juta jiwa per tahun dan kematian tertinggi terjadi di kawasan Asia,” jelas I Ketut Diarmita.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif