Soloraya
Sabtu, 18 November 2017 - 14:00 WIB

Ini Penyebab Angka Kekerasan Seksual terhadap Anak di Wonogiri Tinggi

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kanit PPA Polres Wonogiri, Ipda Endang Murdianti, mempraktikkan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi pelecehan terhadap anak dalam acara saat workshop tentang Mencegah Kekerasan Seksual di Pendapa Rumah Dinas Bupati, Jumat (17/11/2017). (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Bupati Wonogiri mengungkap tingginya angka pelecehan seksual di wilayahnya.

Solopos.com, WONOGIRI — Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menduga tingginya kasus kekerasan perempuan dan anak di Wonogiri karena rendahnya pengawasan orang tua dan masyarakat tehadap anak. Hal itu karena banyak masyarakat Wonogiri merantau atau boro.

Advertisement

Dia menyebut hampir 28 persen masyarakat Wonogiri merantau. Menurutnya, merantau masih menjadi pilihan bergengsi bagi sebagian masyarakat Wonogiri. Kecilnya Upah Minumum Kabupaten (UKM) Wonogiri, menurutnya, belum menjadi daya tarik bagi masyarakat.

“UMK Wonogiri masih di angka Rp1,5 juta, secara ekonomi bagi masyarakat dianggap kurang strategis,” ujarnya di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Jumat (17/11/2017). (baca: Korban Guru SD di Girimarto Capai 75 Orang, di Antaranya Ibu dan Anak)

Bupati menyebut lapangan pekerjaan di Wonogiri masih banyak karena Pemkab Wonogiri membuka lebar kran investasi yang sehat. Dia mencontohkan PT Liebra Permana membutuhkan 8.000 karyawan, tetapi hanya terisi 2.500 karyawan.

Advertisement

Dia menyampaikan kaum boro merantau jauh-jauh salah satunya untuk membiayai anak-anak mereka yang dititipkan kepada kakek dan nenek di rumah. “Kondisi seperti ini menjadi celah terjadinya kekerasan [seksual] terhadap anak,” jelasnya.

Oleh karena itu, melalui program pendidikan gratis. Dia berharap bisa menarik para pekerja di luar daerah untuk kembali ke Wonogiri. Sedangkan tujuan jangka panjang program tersebut agar para generasi penerus itu bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri sambil memajukan Kota Sukses, sehingga tidak perlu merantau jauh-jauh.

“Kenapa mereka boro? Karena Wonogiri identik sebagai daerah miskin. Untuk menekan angka urbanisasi itu, pertama yang kami benahi adalah sistem pendidikan di Wonogiri,” imbuhnya.

Advertisement

Dia berharap dengan adanya program pendidikan gratis mulai tahun ajaran 2018 mendatang, banyak masyarakat khususnya kalangan ibu-ibu rumah tangga bekerja di daerah sendiri. Apalagi, pemkab juga menghadirkan program pengobatan gratis bagi warga miskin. “Harapannya, pola pikir masyarakat berubah bahwa ada yang lebih penting yaitu menjaga anak,” tegas Bupati.

Sementara itu, Kapolres Wonogiri, AKBP Muhammad Tora, menyoroti rendahnya kepekaan masyarakat Wonogiri terhadap kondisi di sekitarnya. Angka kasus kekerasan seksual terhadap anak pada 2017 dengan jumlah kasus 32 (hingga November) dari 23 kasus yang terjadi pada tahun lalu, tidak lepas dari sikap apatis masyarakat tehadap anak-anak.

“Bapak dan Ibu harus punya empati. Kalau anak-anak ini rusak, bagaimana masa depan bangsa ini?” ujar Kapolres.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif