Jogja
Jumat, 17 November 2017 - 17:55 WIB

Warga Miskin di Kulonprogo "Dikeroyok"

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah seorang warga terdampak pembangunan bandara sedang memasak, di kediamannya yang masih belum 100% selesai dibangun, di lahan relokasi Desa Janten, Temon, Kulonprogo, Selasa (24/10/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Keberadaan bandara baru di Kulonprogo diyakini akan membuat kawasan tersebut menjadi lebih berkembang

Harianjogja.com, JOGJA-Keberadaan bandara baru di Kulonprogo diyakini akan membuat kawasan tersebut menjadi lebih berkembang. Selama ini, Kulonprogo menjadi kabupaten yang tertinggal di antara lima kabupaten/kota yang ada di DIY, jika dilihat dari pertumbuhan dan pendapatannya.

Advertisement

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY, Munarto mengatakan, wilayah selatan dan utara Kulonprogo sejauh ini masih perlu mendapatkan perhatian pemerintah dalam hal pengembangan perekonomiannya. New Yogyakarta International Airport (NYIA) sendiri akan beroperasi di sisi selatan.

Menurutnya, untuk mengatasi masalah kemiskinan diperlukan kerjasama banyak Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD). Masing-masing SKPD bisa memasukkan program pengentasan kemiskinan dalam rancangan keuangannya.

“Kita perlu lakukan program kroyokan, artinya untuk mengatasi satu
masalah dilakukan bersama-sama oleh SKPD-SKPD. Jadi satu masalah diselesaikan bersama,” katanya, Kamis (16/11/2017).

Advertisement

Munarto meyakini, jika sinergi SKPD ini dilakukan maka juga akan menekan kesenjangan ekonomi antarkabupaten di DIY.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mudrajad Kuncoro mengatakan, kesenjangan ekonomi di DIY sangat terlihat. Hal itu dapat dilihat dari sumbangan kabupaten/kota terhadap ekonomi daerah.

“Sumbangan Jogja dan Sleman itu kalau digabung sekitar 60 persen
sementara Kulonprogo hanya 7,6 persen,” katanya.

Advertisement

Ia mencatat, kecamatan di Kulonprogo yang masuk kategori miskin adalah Kalibawang dan Kokap. “Padahal di Kokap sebentar lagi akan ada bandara di dekatnya. Ini tantangan,” katanya.

Menurutnya, pemerintah sudah saatnya melakukan hijrah dari orientasi ekonomi makro menuju ekonomi mikro.

Potensi daerah atau produk unggulan daerah sudah waktunya mendapat perhatian serius untuk dikembangkan agar menggerakkan perekonomian penduduknya serta meningkatkan daya saing pelaku usaha.

Mudrajad mengatakan, faktor penentu daya saing adalah perbaikan  pada sisi mikro. “Produktivitas sangat berpengaruh pada perbaikan mikroekonomi,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif