Jogja
Jumat, 17 November 2017 - 20:20 WIB

Ekspor DIY Turun 10%, Apa Penyebabnya?

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas ekspor di pelabuhan. (JIBI/Solopos/Dok.)

“Namun, jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu relatif naik sebesar 20,63 persen”

Harianjogja.com, JOGJA-Ekspor DIY pada September mengalami penurunan hampir mencapai 10%. Sementara, produk impor yang masuk ke DIY justru naik sebesar 2,04%, di mana salah satu komoditas impor utamanya yakni Filamen buatan.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jogja JB Priyono mengungkapkan, penurunan nilai ekspor barang DIY pada bulan tersebut mencapai 9,89% dibandingkan bulan sebelumnya. “Namun, jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu relatif naik sebesar 20,63 persen,” ujar Priyono, Jumat (17/11/2017).

Priyono memaparkan, nilai ekspor barang dari DIY yang dikirimkan melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada September lalu hanya mencapai US$31,5 juta. Sementara, pada bulan sebelumnya nilai ekspor DIY mencapai US$34,9 juta.

Komoditas ekspor DIY sebagian besar dikirim ke tiga pasar utama. Ketiga pasar tersebut di antaranya Amerika Serikat dengan total nilai ekspor mencapai US$13,7 juta atau menguasai sebanyak 40,22%, Jerman dengan nilai ekspor mencapai US$3,4 juta dengan 10,73% dan Jepang dengan nilai ekspor mencapai US$2 juta.

Advertisement

“Lebih dari setengah nilai ekspor DIY dikirim ke ketiga negara tersebut. Sementara, dari sepuluh besar negara tujuan ekspor nilai ekspor terendah dikirim ke Belgia dengan nilai ekspor hanya US$716.000,” imbuh Priyono.

Untuk kawasan ASEAN, nilai ekspor DIY pada September turun dibandingkan Agustus 2017. Pada bulan sebelumnya nilai ekspor di kawasan ini mencapai US$1,5 juta, tetapi pada September turun sebesar 11,64% dengan nilai US$1,3 juta. Tiga negara utama di Asean tujuan ekspor DIY yakni Singapura, Vietnam, dan Malaysia.

“Penurunan nilai ekspor di DIY terjadi akibat turunnya nilai ekspor ke semua negara Asean. Paling banyak penurunannya ke Vietnam dan Malaysia, masing-masing sebesar 10,32 persen dan 49,95 persen,” jelas Priyono.

Advertisement

Komoditas ekspor DIY tertinggi masih didominasi dari pakaian jadi bukan rajutan, perabot, penerangan rumah dan barang-barang dari kulit. Priyono menambahkan, ketiga komoditas ini memiliki nilai ekspor tertinggi pada September 2017 masing-masing sebesar 30,89%, 13,89% dan 9,47%.

“Impor terbesar DIY yakni dari Hong Kong dengan kontribusi 23,59 persen dari seluruh nilai impor yang tercatat. Komoditas impor utama yakni Filamen buatan dengan kontribusi impor mencapai 24,04 persen dari total nilai impor,” imbuh Priyono.

Advertisement
Kata Kunci : Ekonomi DIY Ekspor DIY
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif