Jateng
Kamis, 16 November 2017 - 14:50 WIB

Wali Kota Akui 19% Anak Usia SMP di Semarang Tak Sekolah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa SMP (JIBI/Solopos/Antara/Istimewa-Humas Setda Kota Semarang)

Wali Kota Hendrar Prihadi mengaku prihatin menemui kenyataan 19% anak usia SMP di Kota Semarang tak bersekolah.

Semarangpos.com, SEMARANG — Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengakui angka anak tak bersekolah di ibu kota Jawa Tengah itu cukup tinggi. Ia prihatin menemui kenyataan bahwa 19% anak usia sekolah menengah pertama (SMP) tak lagi bersekolah.

Advertisement

“Data tahun 2016 menyebutkan usia SMP antara 12-15 tahun yang bisa mengenyam pendidikan formal baru 81%. Artinya, masih 19% anak SMP belum sekolah,” kata sosok yang akrab disapa Hendi itu saat meninjau SMP Negeri 7 Kota Semarang, Jawa Tengah untuk memimpin upacara dan membagikan kartu T-Cash untuk kemudahan naik BRT Trans Semarang, Senin (13/11/2017).

Menurut dia, banyak alasan dan persoalan yang mengakibatkan anak-anak usia SMP tidak bisa mengeyam pendidikan, mulai dari kecerdasan si anak hingga persoalan ekonomi orang tuanya. “Problemnya macam-macam, mungkin karena secara IQ [intelegent quotient] memang tidak mampu—dan pasti jumlahnya kecil, ada juga karena persoalan ekonomi, bisa juga karena sudah malas sekolah,” katanya.

Politikus PDI Perjuangan itu menceritakan pernah bertemu dengan anak usia SMP yang tidak mau sekolah dan memilih menjadi buruh kuli panggul di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang demi mencari uang. “Di Semarang Utara, saya ketemunya. Saya tanya, ‘sekolah enggak?’, ‘Enggak, Pak,’ jawabnya. Dia juga bilang kalau setiap pagi ke pelabuhan jadi kuli panggul yang bisa dapat Rp50.000/hari-Rp100.000/hari,” katanya.

Advertisement

Artinya, kata dia, anak tersebut sudah puas sekarang ini sehari dapat Rp50.000, tetapi tidak menyadari bahwa kehidupan akan berjalan terus sampai 50, 70, bahkan 80 tahun ke depan. Pernah juga, ujar Hendi melanjutkan kisahnya, ia bertemu dengan seorang anak yang mengemis di jalanan dan setelah ditanya ternyata anak itu mengemis karena disuruh oleh orang tuanya.

“Di traffic light, kami tangkap, tanya, ‘kenapa enggak sekolah?’. ‘Enggak boleh sama orang tua, Pak,’ jawabnya. Orang tuanya kami panggil karena Dinas Pendidikan punya beasiswa bagi siswa tidak mampu,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi lebih lanjut.

Namun, papar Hendi, saat bertemu dengan orang tua si anak, orang tua si anak itu justru menanyakan apa yang bisa diberikan sebagai pengganti penghasilan si anak yang seharinya bisa mendapatkan Rp50.000. “Orang tuanya kami datangkan, saya bilang, ‘Bu, besok anaknya saya sekolahkan, biayanya gratis’. Ibunya bilang, ‘matur nuwun,’ dan ganti nanya kalau anaknya disekolahkan harus mengganti pendapatan anaknya dari mengemis,” ungkapnya penuh keprihatinan.

Advertisement

Oleh karena itu, Hendi berpesan kepada seluruh siswa untuk terus mengenyam pendidikan sampai tinggi dengan penuh semangat, apalagi kalau ternyata sampai bisa mencetak prestasi. “Saya juga ajak seluruh warga Semarang untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan dan pengangguran dengan mendorong anak-anak muda untuk tetap bersemangat menempuh pendidikan,” pungkas wali kota Semarang.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif