Jogja
Kamis, 16 November 2017 - 17:55 WIB

Ada Bandara NYIA, Produksi Kerajinan Kulonprogo Mesti Berorientasi Global

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Ketua Dekranasda DIY, GKBRAA Paku Alam sedang memberikan selamat kepada pengurus baru Dekranasda Kulonprogo, Rabu (15/11/2017).(Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) berharap hasil karya perajin Kulonprogo, diharapkan bisa berorientasi global

Harianjogja.com, KULONPROGO -Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) berharap hasil karya perajin Kulonprogo, diharapkan bisa berorientasi global. Bukan hanya dalam soal inovasi produk, melainkan juga secara menyeluruh, baik proses produksi hingga promosi.

Advertisement

Wakil Ketua Dekranasda Daerah Istimewa Yogyakarta, GKBRAA Paku Alam X mengungkapkan kemampuan untuk berinovasi sejalan dengan persiapan menyambut kehadiran New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Ia mencontohkan, inovasi yang bisa dilakukan misalnya dalam hal produksi batik. Para perajin batik di Kulonprogo, bisa mengombinasikan motif batik geblek renteng khas Kulonprogo dengan beragam motif klasik batik Jogja.

Advertisement

Ia mencontohkan, inovasi yang bisa dilakukan misalnya dalam hal produksi batik. Para perajin batik di Kulonprogo, bisa mengombinasikan motif batik geblek renteng khas Kulonprogo dengan beragam motif klasik batik Jogja.

Kota Jogja telah ditetapkan sebagai kota batik dunia, selama tiga tahun, sehingga penting bagi seluruh pihak, untuk bisa memprioritaskan kegiatan dalam mengembangkan batik.

“Sejauh ini saya sendiri juga sudah bangga dengan batik geblek renteng, yang diproduksi dalam bentuk batik cap, tulis dan dengan kreasi berbagai macam,” kata dia, di sela pengukuhan pengurus Dekranasda Kulonprogo periode 2017-2022, di Ruang Adikarta, Gedung Kaca, Rabu (15/11/2017).

Advertisement

Selain itu hendaknya proses produksi bisa dilakukan secara efektif dan efisien sehingga hemat sumber daya. Perajin juga memberikan upah kepada tenaga kerja sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah, tidak mempekerjakan akan-anak di bawah umur, dan tidak menerapkan diskriminasi gender.

Sedangkan dalam hal promosi dan pemasaran, para perajin harus mulai bisa mengoptimalkan penggunaan media sosial dan laman jejaring, agar penyebaran produk bisa lebih luas.

Para perajin sebaiknya tanggap dengan banyak perubahan, imbuh dia. Karena NYIA tentunya akan membawa banyak perubahan, dalam penyusunan program lima tahun Kabupaten Kulonprogo.

Advertisement

Untuk menyikapi itu, segenap pengurus baru Dekranasda Kulonprogo diminta untuk terus menjaga komitmen dan memiliki kemampuan kerja, yang berorientasi ke depan. Sekaligus bisa menyelaraskan program-program yang telah direncanakan dengan kebijakan daerah.

“Kulonprogo akan berada di garis depan sebagai ruang atau kamar pajang kerajinan DIY, maka harus berkoordinasi dengan Dekranasda kabupaten/kota,” kata dia.

Pembina Dekranasda Kulonprogo, Hasto Wardoyo menegaskan, kerajinan adalah potensi yang tidak bisa terpisahkan dari bumi menoreh.

Advertisement

Kalau Indonesia mau bersaing dengan negara lain dalam hal produksi dan inovasi perangkat teknologi, tentu akan tertinggal. Namun apabila bersaing dalam produk yang berbau budaya dan kearifan lokal, maka Kulonprogo punya kans untuk menang.

“Saya yakin Dekranasda bisa membawa para pelaku usaha sukses bersama kerajinan. Apalagi dengan adanya NYIA, yang di masa depan harus bisa menjadi fokus arah pemasaran produk Kulonprogo,” terangnya.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan Kulonprogo, Dewantoro memaparkan, total ada sekitar 2.000 pelaku usaha kerajian di Kulonprogo, dengan produk beragam.

Mulai dari tas serat alam, tas nilon, tenun, kayu, perca dan bahan daur ulang lain. Untuk bisa mendorong pengembangan usaha kerajinan, dinas banyak berusaha menjalin komunikasi dengan para perajin, agar mereka menyampaikan kendala usaha.

“Apakah masalah mereka dalam berinovasi itu karena desain, pemasaran, pendanaan, atau pelatihan. Kami akan coba untuk memberikan solusi, agar memancing kreativitas mereka,” ujarnya.

Disinggung soal ruang pajang kerajinan, ia menyatakan dinas sudah memiliki rencana untuk membangunnya. Namun diperkirakan ruang pajang itu tidak dibangun di kawasan ring satu NYIA, melainkan perkotaan Wates atau Sentolo. Mengingat harga tanah di wilayah Temon sudah tinggi, kalaupun menggunakan tanah kas desa, tetap harus dipikirkan apakah ada pihak lain yang menggunakannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif