Jogja
Rabu, 15 November 2017 - 19:55 WIB

Kembul Sewu Dulur Jadi Embrio Pengembangan Wisata Budaya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Pendoworejo sedang duduk bersama, dalam tradisi Kembul Sewu Dulur, di tepian Bendung Kayangan, Rabu (15/11/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Kembul Sewu Dulur di sekitar Bendung Kayangan menjadi embrio pengembangan wisata budaya di Girimulyo

Harianjogja.com, KULONPROGO– Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (Dispar DIY) kembali merangkul dan memfasilitasi masyarakat yang berada di sekitar Bendung Kayangan, Desa Pendoworejo, untuk menyelenggarakan Kembul Sewu Dulur, pada Rabu (15/11/2017).

Advertisement

Dispar DIY menilai bahwa, kegiatan itu bisa menjadi embrio pengembangan wisata budaya di Girimulyo.

Sekretaris Dispar DIY, Rose Sutikno mengatakan, Dispar DIY sengaja mengemas kegiatan Kembul Sewu Dulur sebagai embrio wisata budaya di Bendung Kayangan. Menurut dia, kegiatan wisata budaya perlu dikembangkan, karena pariwisata di suatu wilayah tidak bisa hanya mengandalkan tempat.

Dengan menguatkan wisata budaya, maka yang kemudian menjadi poin paling pokok adalah kebersamaan dalam melestarikan budaya tersebut tetap ada.

Advertisement

“Bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga warga dan seluruh pihak,” kata dia, di tepian Bendung Kayangan.

Ia menambahkan, pengembangan wisata destinasi, selain dikuatkan dengan wisata budaya, diharapkan bisa mendorong keikutsertaan warga sekitar.

Dengan cara menunjukkan produk-produk unggulan wilayah, baik dalam bentuk camilan, batik dan produk lain berbasis kearifan lokal. Ketika wisatawan datang, mereka juga bisa membeli produk-produk tersebut, agar berdampak menggerakkan roda perekonomian.

Advertisement

“Sehingga wisata destinasi dan budaya di sini, bisa memberikan dampak kesejahteraan masyarakat. Kalau hanya menawarkan tempat, maka lama kelamaan akan hilang daya tariknya,” ujarnya.

Pemangku adat Bendung Kahyangan, Sri Mulyono mengatakan, kegiatan Kembul Sewu Dulur ini merupakan kegiatan menghaturkan wujud syukur, kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas jasa leluhur kepada warga setempat.

Budaya ini menjadi tradisi warga setempat, untuk memperingati saparan rebo pungkasan. Kegiatan dilakukan dengan cara berdoa bersama, dilanjutkan makan bersama di sekitar Bendung Kayangan. Rangkaian acara lainnya adalah kirab tumpengan, peragaan busana batik alam, dan tradisi guyang jaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif