News
Selasa, 14 November 2017 - 11:15 WIB

PROPERTI SOLORAYA : Plesungan dan Cengklik Jadi Primadona Pembangunan Perumahan

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kompleks perumahan (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Properti Soloraya, dua kawasan menjadi primadona baru pembangunan perumahan.

Solopos.com, SOLO — Wilayah Plesungan di Gondangrejo, Karanganyar, dan kawasan sekitar Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali, menjadi primadona baru lokasi pembangunan perumahan di Soloraya. Hal itu karena kedua kawasan itu cukup dekat dengan Kota Solo.

Advertisement

Sekretaris Real Estat Indonesia (REI) Soloraya, Oma Nuryanto, mengungkapkan Plesungan dan Cengklik menjadi primadona baru karena perumahan di Gentan (Sukoharjo) dan Colomadu (Karanganyar) harganya makin mahal.

“Pengembang mulai melirik Plesungan Karanganyar karena dekat dengan Solo (Mojosongo) dan aksesnya yang makin mudah, apalagi dekat dengan tol. Selain itu, daerah sekitar Waduk Cengklik juga mulai dikembangkan untuk perumahan,” kata Oma Nuryanto, Senin (13/11/2017).

Advertisement

“Pengembang mulai melirik Plesungan Karanganyar karena dekat dengan Solo (Mojosongo) dan aksesnya yang makin mudah, apalagi dekat dengan tol. Selain itu, daerah sekitar Waduk Cengklik juga mulai dikembangkan untuk perumahan,” kata Oma Nuryanto, Senin (13/11/2017).

Dia menuturkan penjualan rumah nonsubsidi di Solo cenderung stagnan, terutama untuk menengah atas, yakni di atas harga Rp500 juta. Penjualan yang masih bagus adalah rumah nonsubsidi untuk kelas menengah bawah, terutama yang harganya di bawah Rp300 juta.

“Penjualan rumah di bawah Rp300 juta cukup banyak karena untuk rumah pertama bagi pasangan muda atau yang telah memiliki satu anak yang memang ditinggali. Kalau rumah menengah atas itu kecenderungan untuk investasi jadi memang penjualan cenderung sulit,” jelasnya.

Advertisement

Sementara itu Ketua REI Jateng, M. R. Priyanto, mengungkapkan penjualan properti, khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sangat rendah. Dari target pembiayaan rumah bersubsidi tahun ini sebanyak 5.000 unit, hingga Oktober hanya tercapai 1.964 unit.

Sulitnya penjualan rumah subsidi karena perizinan yang masih sulit. Pemerintah pusat telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan, mulai dari paket ekonomi hingga peraturan menteri dalam negeri (permendagri).

Namun hingga saat ini, implementasinya masih sulit karena pemerintah daerah (pemda) harus melakukan revisi peraturan daerah (perda) yang membutuhkan waktu lama. Selain itu, ada aturan juga yang berbenturan dengan undang-undang, diantaranya adalah izin gangguan atau HO (hinder ordonantie) dan analisis dampak lalu lintas (andalalin).

Advertisement

“Banyak lahan di Soloraya yang siap dibangun, seperti Karanganyar, Klaten, dan Wonogiri tapi prosesnya [perizinan] rendet. Rata-rata izin keluar Oktober. Padahal dari izin turun sampai pembangunan butuh waktu sekitar empat bulan pembangunan sehingga penjualan baru bisa dilakukan tahun depan karena akad kredit baru bisa dilakukan setelah unit jadi,” ungkap Priyanto saat dihubungi, Senin.

Selain itu, ketersediaan lahan juga menjadi kendala tersendiri karena semakin sulit menemukan lahan dengan harga terjangkau dan bisa digunakan untuk MBR di wilayah dekat kota. Oleh karena itu, dia mengaku cukup berat bagi FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) untuk mengejar target hingga akhir tahun.

Namun dia mengungkapkan kondisi berbeda terjadi untuk penjualan rumah nonsubsidi. Penjualan rumah nonsubsidi hingga akhir bulan lalu telah mencapai lebih dari 2.500 unit dari target 3.500 unit di tahun ini. Menurut dia, harga rumah nonsubsidi untuk menengah bawah maupun menengah atas sama-sama memiliki pasarnya sendiri. Oleh karena itu, penjualan pun cukup bagus.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif