Jateng
Selasa, 14 November 2017 - 10:43 WIB

BENCANA JATENG : Kampus STTS Salatiga Diterjang Longsor, 1 Mahasiswi Meninggal

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melihat cekungan tanah akibat tebing Kali Beji yang longsor di Dukuh Pulorejo, RT 017/RW 007, Desa Tambak, Karangdowo, Klaten, Rabu (8/11/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Bencana tanah longsor menerjang Kampus STSS Kabupaten Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Bencana tanah longsor menerjang kampus Sekolah Tinggi Theologi Sangkakala (STTS) di jalan raya Salatiga-Kopeng, KM 7, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin (13/11/2017) malam. Akibat peristiwa itu, seorang mahasiswa meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka.

Advertisement

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Heru Subroto, menyebutkan longsor terjadi Senin malam sekitar pukul 20.15 WIB. Bencana tanah longsor itu kemungkinan besar diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah itu sejak siang.

“Hujan turun sejak pukul 14.00 WIB,” tutur Heru saat dihubungi Semarangpos.com, Selasa (14/11/2017).

Heru menambahkan lokasi sekitar kampus STTS memang berada di tebing-tebing lereng Gunung Merbabu. Hal itu pulalah yang membuat kawasan tersebut rawan tertimpa longsor.

Advertisement

Heru menuturkan sebelum longsor sempat terdengar suara gemuruh di belakang mes putri STTS. Tidak lama berselang, bangunan mes di bagian belakang roboh dan menimpa penghuni yang ada di dalamnya.

Mahasiswi asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Ressi, 22, meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Sementara dua korban lainnya, Marcelina, 19, asal Waingapu, Sumba Timur, dan Immanuel, 21, dari Timor Leste, luka-luka.

“Para korban sempat dirawat di RS Ario Wirawan, Salatiga,” tutur Heru.

Advertisement

Heru menambahkan setelah kejadian itu, BPBD langsung melakukan koordinasi untuk melakukan evakuasi. Meski demikian, evakuasi belum dilakukan secara maksimal karena tanah di sekitar lokasi bencana longsor itu masih basah dan labil.

“Kami menunggu kondisi agar aman lebih dulu. Jangan sampai operasi justru menimbulkan korban,” tutur mantan Kabag Humas Pemkab Semarang tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif