Jogja
Sabtu, 11 November 2017 - 07:55 WIB

Kerajinan Batik Kayu Asal Bantul Tembus Pasar Internasional

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sumilah menunjukkan beberapa produk kerajinan batik kayu saat diselenggarakan acara di KPw BI DIY belum lama ini. (Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Kerajinan ini telah menembus pasar luar negeri, baik Asia, Eropa maupun Amerika

Harianjogja.com, JOGJA-Batik tidak hanya dapat diaplikasikan di atas lembaran kain. Di tangan para perajin Sanggar Rama Shinta milik Sumilah, batik mencoba diaplikasikan pada berbagai jenis kayu. Kerajinan asal Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul ini bahkan telah menembus pasar luar negeri, baik Asia, Eropa maupun Amerika.

Advertisement

Sumilah memulai usaha kerajinan batik kayu ini pada 2001 silam. Sebelum menekuni batik kayu, Mila demikian biasa dia disapa lebih dulu menekuni kerajinan tatah sungging. Kerajinan yang biasa ditemukan pada pembuatan wayang kulit ini bahkan mampu menarik buyer dari Malaysia yang sudah 15 tahun ini menjadi langganan berbagai produk kerajinan miliknya.

“Saya lebih dulu memulainya dari kerajinan sungging tahun 2001. Lalu mulai ke batik kayu dan mendapatkan perizinan pada 2011 lalu,” ujar Mila ditemui Harian Jogja belum lama ini di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DIY.

Mila mengatakan, kerajinan batik kayu yang diproduksinya telah menembus berbagai pasar, tidak hanya lokal dan nasional, bahkan telah dipasarkan ke sejumlah negara. Barang-barang kayu yang dihiasi berbagai motif batik buatan sanggar ini sangat bervariasi. Di antaranya suvenir, aksesoris, hiasan ruang, topeng, wayang hingga berbagai barang-barang multiguna seperti tempat tisu, mangkuk atau nampan kayu.

Advertisement

Sanggar ini, kata Mila, sedikitnya telah mengelola 56 sanggar kerajinan batik kayu. Di mana setiap sanggarnya memproduksi barang yang berbeda. Bahkan, untuk memenuhi pesanan dari luar negeri maupun dalam jumlah besar, tenaga perajin yang terserap bisa mencapai lebih dari 250 orang.

“Karena setiap ada pesanan banyak, biasanya akan kami bagi-bagi ke beberapa sanggar binaan kami. Pernah satu sanggar dapat pesanan banyak dari Amerika, itu tidak dikerjakan satu sanggar, tapi dibagi ke sanggar lainnya,” ungkap Mila.

Dalam satu dusun di tempat tinggalnya, hampir seluruh warga menggantungkan hidup pada kerajinan batik kayu. Harga untuk produk batik kayu yang diproduksi sanggar ini cukup variatif. Untuk suvenir, Mila mematok harga mulai dari kisaran Rp5.000 sampai Rp10.000, tergantung ukuran dan bentuk pengerjaan. Bahkan ada juga yang mencapai harga ratusan ribu rupiah, seperti satu paket wayang kayu Pandawa yang dibanderol hingga Rp300.000.

Advertisement

“Rata-rata pesanan bisa mencapai Rp10 juta sampai Rp13 juta. Pernah dalam sebulan mengerjakan pesanan untuk dikirim ke Medan nilainya sampai Rp18 juta itu sekitar 20 item produk batik kayu,” jelas Mila.

Mila memaparkan, pengerjaan batik kayu tidak jauh berbeda dengan pengerjaan batik di atas lembaran kain. Kalau dalam membatik di kain ada yang menggunakan metode direbus, maka pada pengerjaan batik kayu juga demikian.

Kendati memiliki banyak tenaga kerja yang mampu menyuplai produk kerajinan dalam jumlah besar, namun Mila mengaku masih memiliki kendala. Salah satunya potensi buyer, diakuinya saat ini Mila tengah berupaya meningkatkan dan memperluas pasar agar kerajinan batik kayu ini dapat semakin dikenal dan menembus berbagai pasar.

“Secara suplai, kami sangat mampu menerima banyak pesanan. Mau berapa kontainer, tapi memang untuk pembelinya itu yang masih belum banyak. Tahun ini, kami berharap mudah-mudahan bisa memasarkan ke Meksiko,” imbuh Sumilah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif