Soloraya
Senin, 6 November 2017 - 08:30 WIB

PEMERINTAHAN BOYOLALI : Anak Ikut Berebut Kursi Perangkat Desa, Kades Diragukan Netralitasnya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Seleksi perangkat desa di Kecamatan Simo diramaikan anak kepala desa.

Solopos.com, SOLO — Seleksi penerimaan perangkat desa serentak di Boyolali, Senin-Selasa (6-7/11/2017), diramaikan sejumlah kerabat dan keluarga kepala desa. Hal itu membuat beberapa kalangan menyangsikan kenetralan kades dalam menentukan calon perdes yang akan diusulkan.

Advertisement

Salah satu desa yang peserta tesnya diikuti anak kepala desa adalah Desa Pelem, Simo. Di desa tersebut terdapat dua lowongan kursi yang diperebutkan 23 pendaftar, yakni Kasi Umum dan Kasi Pemerintahan. (Baca: Aroma Jual Beli Jabatan Tercium dalam Seleksi Calon Perangkat Desa)

Dari 23 pendaftar, satu di antaranya adalah putri Kades Pelem Subeno. Terkait hal ini, Camat Simo Hanung Mahendra tak mempermasalahkannya. Dalam regulasi tak ada larangan seorang kerabat atau anak kades mendaftar sebagai calon perangkat desa. “Karena tak ada larangan, ya sah-sah saja,” kata Hanung, Minggu (5/11/2017).

Hanung memastikan siapa pun warga negara Indonesia berhak mendaftar sebagai perangkat desa. Semua proses seleksi ia pastikan transparan, terjaga kerahasiaan soal-soal tesnya, serta menjauhi semua praktik kotor, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). “Insya Allah seleksi penerimaan perangkat desa di wilayah Simo bebas dari KKN,” tegasnya.

Advertisement

Sementara itu, Kades Pelem, Subeno, mengatakan putrinya, Heni, 36, mendaftar sebagai perangkat desa atas desakan masyarakat. Ia secara pribadi tak menghendaki anaknya ikut tes perangkat desa lantaran waswas menimbulkan tuduhan miring. (Baca: Cegah Kecurangan, Panitia Seleksi Perangkat Desa Simo Dikarantina)

“Namun, warga malah meminta anak saya mendaftar. Katanya, tak ada larangan dalam UU atau Perda. Akhirnya, anak saya mendaftar sendiri,” jelasnya.

Putri Subeno adalah sarjana ekonomi. Suaminya juga pengurus RT. Meski anaknya mendaftar seleksi untuk jabatan Kasi Umum, Subeno mengaku tak bisa melakukan intervensi dalam ujian maupun kelulusan berkas. Semua panitia penerimaan dan panitia seleksi berada di tangan tokoh-tokoh masyarakat desa dan pemerintahan kecamatan.

Advertisement

“Saya juga enggak bisa cawe-cawe. Kalau tes, ndilalah anak saya lulus ya memang bejane. Tapi kalau enggak lulus, ya enggak apa-apa,” ungkapnya.

Subeno mengapresiasi seleksi penerimaan perangkat desa kali ini. Bukan saja jumlah pendaftarnya yang banyak, latar belakang pendidikan pendaftar rata-rata cukup memadai. Hal itu digadang-gadang bisa memajukan desa. “Rata-rata lulusan sarjana. Hanya sedikit yang lulus SMA dan sederajat. Kami berharap mereka ini akan menjadi penggerak desa,” jelasnya.

Sementara itu, sejumlah kalangan berpendapat masuknya kerabat atau anak kades dalam kompetisi penerimaan perangkat desa dinilai kurang etis. Meski tak ada aturan yang melarangnya, hal itu bisa mengurangi netralitas kades dalam mengusulkan calon yang layak direkemondasikan setelah melalui rangkaian tes.

“Mestinya kades mundur dulu jika ada kerabat atau anaknya mendaftar. Karena tes penerimaan ini kan harus bebas nepotisme. Kalau ada kerabat, ya susah netralnya,” ujar salah satu warga Boyolali yang tak mau disebutkan namanya, Pr.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif